[JAWAPOS – Mahasiswa] Perempuan, Agama, dan Masyarakat

Perempuan, Agama, dan Masyarakat
Oleh
Asri Diana Kamilin
Mahasiswi Psikologi Universitas Negeri Malang

SUNGGUH beruntung makhluk bernama perempuan. Mereka diciptakan dengan beragam keunikan yang tak akan pernah ditemukan pada makhluk selainnya. Perempuan menjadi rekan terbaik ketika seorang Adam mengadu kepada Tuhan-Nya. Tanpa kehadiran perempuan, tak kan ada kehidupan di dunia ini karena merekalah yang menjadi perantara keluarnya seorang anak manusia.

Agamaku memandang perempuan sebagai makhluk yang derajatnya sangat tinggi. Agamaku memuliakan kehadiran seorang perempuan di muka bumi ini. Perempuan harus dihormati tiga kali lebih tinggi daripada laki-laki. Keterangan itu disampaikan oleh Nabi kami ketika ada seseorang yang bertanya, “Wahai Nabi, siapakah yang harus saya hormati di dunia ini?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Kemudian si penanya menanyakan kembali, “Setelah itu, siapakah wahai Nabi?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Si penanya belum puas dan bertanya lagi, “Setelah itu?” “Ibumu,” jawab Nabi. “Setelah itu barulah bapakmu,” lanjut Nabi. Itulah jawaban Nabiku ketika ditanya siapakah yang harus dihormati di dunia ini. Dialah ibu, seorang perempuan!  

Tidak berhenti sampai di situ saja penghargaan yang diberikan kepada perempuan oleh agamaku. Dalam pandangannya, perempuan mendapatkan posisi dan kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam kehidupan dunia dan sesudahnya. Ia menjadikan perempuan turut memberikan kontribusi besar dalam dunia politik, seperti yang dicontohkan oleh Aisyah RA ketika memimpin peran Unta yang bertujuan mendesak Ali bin Abi Thalib, sebagai kepala negara pada saat itu, untuk mengusut kasus kematian pemimpin sebelumnya, Utsman bin Affan.

Agamaku mendukung keterlibatan perempuan dalam dunia usaha, seperti dilakukan Khadijah. Dia merupakan saudagar yang ulet, jujur, dan profesional dalam membangun usahanya. Karena itu, tidak heran, dia menjadi salah seorang terkaya pada masanya.

Itulah indahnya aturan agamaku, Islam. Ia mendudukkan perempuan dalam semua elemen kehidupan. Ia mendukung perempuan untuk turut menyumbangkan pikirannya dalam semua lakon drama kehidupan dunia ini. Perempuan bisa menjadi seorang pejabat pemerintah, pengusaha, pekerja kantoran, dan sebagainya.

Jika di negara ini Islam menjadi agama mayoritas, sudah seharusnya perempuan bisa mengembangkan bakatnya secara optimal. Perempuan bisa mengisi semua peran dalam kehidupan. Namun, yang terjadi sekarang, dominasi laki-laki masih terlihat jelas. Di lingkungan DPR saja, perempuan hanya menduduki 0,18 persen dari total perwakilan.

Menurut saya, perempuan dan masyarakatlah yang seharusnya mengubah cara pandang terhadap diri dan kaumnya. Perempuan tidak seharusnya memandang dirinya sebagai makhluk yang satu tingkat di bawah laki-laki. Perempuan memiliki kemampuan dan kesempatan yang sama untuk memerankan peran apa pun di dunia ini. Perempuan bukanlah makhluk lemah yang harus berlindung di bawah ketiak laki-laki. Sebaliknya, perempuan adalah makhluk yang tangguh dan kuat dalam menjalani roda kehidupan.

Begitu pula masyarakat. Pandangan “kurang pantas” bahwa seorang perempuan menyandang peran tertentu dalam tatanan masyarakat hendaknya tidak disimpan lagi. Itu pandangan diskriminatif yang bisa membunuh kreativitas dan kemampuan seorang perempuan sehingga menghambat kemajuan negeri tercinta ini. Selama perempuan itu mampu mengemban peran lain dalam hidupnya, kenapa tidak diperkenankan? (*)

[HERVIEW] Selasa, 25 Januari 2011 halaman 23

Post Author: humas admin

Leave a Reply

Your email address will not be published.