[JAWAPOS – Mahasiswa] Wani Ditata atau Wani Nata

Wani Ditata atau Wani Nata
Oleh
Sriwijayanti
Mahasiswi Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

WANITA dijajah pria sejak dulu…

Pada senja ini, masih terdengar dengan lirih lirik lagu yang menggelitik sekaligus mengiris hati para perempuan itu. Apakah posisi perempuan memang seperti yang diungkapkan lagu tersebut. yang selalu dijajah pria? Tampaknya, kata “dijajah” mengandung unsur emotif yang begitu  kuat sehingga perspektif yang muncul adalah perempuan yang selalu kalah oleh pria. Perempuan seolah-olah selalu menjadi objek pesakitan dari pria.

Lalu, apakah lirik lagu ini benar adanya sampai saat ini? Perempuan memang sosok yang misterius, sulit ditebak, dan sulit dimengerti bagi mereka yang memang tidak mau menebak dan mengerti siapa dia sebenarnya.

Di luar kemisterusan itu, perempuan adalah sumber inspirasi karena penuh dengan keindahan. Bahkan, ada kalimat indah yang didedikasikan untuk perempuan. “Di belakang pria sukses pasti ada perempuan yang hebat.” Iya. kaliamat yang bukan tanpa bukti. Menurut kalimat tersebut, para perempuan harus lebih membuka pikiran dan hati untuk mengetahui hak dam kewajibannya. Tak mudah memang.

Perempuan seharusnya bisa menjaga dan mengembangkan diri agar muncul rasa dan menghargai diri sendiri, terlebih penghargaan diri orang lain, khususnya pria. Dulu perempuan tidak boleh keluar dari rumah, dalam arti tidak boleh merasakan nikmatnya dunia di luar rumah seperti bersekolah dan bekerja. Perempuan harus membekali diri dengan hal-hal yang bermanfaat ketika hidup berumah tangga. Nanti perempuan cukup berkutat di rumah, tertutup dari wawasan dan pengetahuan baru, dan berada di belakang suami. Seolah-olah perempuan terkungkung sehingga tak bisa merasakan perubahan zaman. Karena itu, ada lirik lagu yang cukup pantas menggambarkan keadaan demikian. Dalam kondisi ini, perempuan memang cocok disebut wani ditata.

Ungkapan wani ditata tentu tak selama abadi. Akan ada pergeseran makna sebagai bentuk perubahan pemikiran. Dewasa ini, banyak perempuan yang mungkin tidak sepakat dengan ungkapan tersebut. Karena itu, mereka berusaha untuk membuktikan bahwa perempuan bukan makhluk yang selalu bisa dijajah. Caranya, mengaktualisasikan diri di luar rumah. Banyak perempuan bekerja di kantor, kepolisian, menuntut ilmu sampai perguruan tinggi, bahkan menempati posisi-posisi penting di pemerintahan. Sebut saja Presiden ke-5 RI Megawati Soekarno Putri, putri proklamator kemerdekaan RI. Jika keadaannya demikian, ungkapan wani ditata dapat dengan mudah diubah menjadi wani nata.

Sebenarnya, bagaimanapun keadaannya, hakikat perempuan adalah berbakti. Berbakti kepada keluarga, agama, dan bangsa. Perempuan harus menjadi manusia yang cerdas dan berbudi luhur. Cerdas tidak hanya dalam tataran akademis. Lebih dari itu, perempuan harus cerdas dalam bersosialisasi, beradaptasi, dan memosisikan diri. Ketika sebagai istri, perempuan berlaku sebagai pendamping suami. Ketika menjadi ibu, perempuan menjelma menjadi ibu yang baik. Ketika berkarir, perempuan melakukan yang terbaik sesuai dengan kapasitas kemampuan.

Daru semua itu, dapat kita pahami bahwa tugas perempuan lebih berat daripada pria. Karena itu, menjadi perempuan harus berhati-hati. Ketika perempuan sedikit saja salah “meletakkan diri”, semua akan berantakan.

Jika pernyataan “Di belakang pria sukses ada perempuan hebat” sudah terbukti, apakah sampai saat ini sudah terbukti bahwa kalimat itu dibalik. (*)

[HER VIEW] Minggu, 13 Februari 2011 halaman 23.


Post Author: humas admin

Leave a Reply

Your email address will not be published.