KEARIFAN MAHAGURU ABIYOSO DAN MAHAGURU BISMO
(Bagian Ke-2)
Oleh: Djoko Rahardjo*
Berbicara tentang “perburuan” kekuasaan yang telah terjadi pada masa yang lalu, kini dan nanti, sangatlah mengasyikkan. Perburuan kekuasaan yang telah dipertotonkan pada saat ini sudah sampai pada puncaknya. Saat ini…, tatanan moral dan etika sudah tak lagi menjadi pegangan. Anehnya…, hal ini terjadi juga di beberapa perguruan tinggi di Indonesia, baik PTN maupun PTS. Sungguh sangat meprihatinkan! |
Sebetulnya …, nenek moyang Bangsa Indonesia sudah memberikan semacam rambu-rambu dan bahkan contoh-contoh, bagaimana seharusnya kekuasaan itu didapat. Tidak hanya sampai di situ! Kisah Wayang Mahabarata telah memaparkan dengan cermat—pada setiap episode—tentang bagaimana cara mendapatkan dan menggunakan kekuasaan itu secara bermartabat. |
Kisah Mahabarata versi Wayang Jawa pada lakon Wahyu Makutha Rama, Raden Harjuna cucu Mahaguru (Profesor) Abiyoso mencari “kemuliaan hidup” melalui tapa brata atau bertapa. Syarat-syarat untuk melakukan tapa brata itu antara lain harus suci lahir dan batin, harus memasang niat yang benar, harus memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan cita-cita yang akan diperjuangkan, dan masih banyak lagi. |
Negara Hastinapura setelah usai perang besar Bharatayuda, secara otomatis menjadi milik Pandawa. Siapa yang berhak menjadi raja di Negara Hastinapura? Ternyata yang berhak menjadi raja adalah cucu Raden Harjuna, yang bernama Raden Parikesit. Lho kok begitu? Lalu apa hubungannya dengan dua orang professor, Mahaguru Abiyoso dan Mahaguru Bismo? Nah…, disinilah “letak” inti dari cerita ini. |
Raja Hastinapura yang bernama Santanu mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Raden Dewabrata atau lebih dikenal dengan nama Mahaguru Bismo. Di dalam menjalani hidupnya sebagai raja yang menduda selama ± 20 tahun, pada suatu hari…, bertemulah dengan seorang janda cantik nan seksi, yang bernama Dewi Setyowati. Janda cantik ini mempuanyai seorang anak laki-laki yang bernama Raden Kresna Dwipayana atau lebih dikenal dengan nama Mahaguru Abiyoso. |
Prabu Santanu sebagai sorang duda, mungkin…, ketika Dewi Gangga berpamitan untuk kembali ke kayangan (karena masa tugasnya sebagai seorang isteri sudah selesai), berkata demikian: |
“Never mind I’ll find some one like you!” |
Berbeda dengan Dewi Setyoawati yang diceraikan oleh suaminya. Betapa sakit hatinya sehingga mungkin…, dia berkata: |
“I’ll never fall in love againt!” |
Bagaimana kisah Raja Santanu dengan Dewi Setyowati selanjutnya? Ikutilah kisah ini pada episode berikutnya pada bagian ke-3. Mohon kesabarannya, hehehe….. |
Malang, 25 Oktober 2012
*) Djoko Rahardjo, Staf Subbag Sarana Akademik BAKPIK UM