KEARIFAN MAHAGURU ABIYOSO DAN MAHAGURU BISMO

KEARIFAN MAHAGURU ABIYOSO DAN MAHAGURU BISMO

(Bagian Ke-1)

Oleh: Djoko Rahardjo*

Kita sering mendengar seorang pimpinan berbicara tentang kecerdasan/kematangan: intelektual, spiritual, emosional dan sosial. Doktrin atau wejangan semacam ini sudah “sangat sering” dilontarkan . Ibarat orang makan…, kita sudah terlalu kenyang dengan makanan tersebut. Saking seringnya makanan itu singgah di perut kita, kadang terasa mual dan ingin muntah. Lebih-lebih bila antara lebel makanan dengan isinya bertolak belakang. Misalnya…, pada lebel kemasan tertulis: “Isi roti ini terbuat dari daging sapi pilihan, higenis, segar dan halal!” Tetapi fakta yang ada…, ternyata…, daging  tersebut sudah basi karena “terkontaminasi “oleh berbagai macam bakteri yang merugikan. Bagaimana? Apa yang akan terjadi? Muntah! Bahkan terkena diare yang berat!
Ungkapan di atas adalah cerminan kehidupan politik, ekonomi, sosial, hukum, pendidikan dan lain-lain yang sedang terjadi di negara kita. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Mengapa hal itu terjadi? Apa jawabnya?  Gampang! Cucu penulis yang duduk di TK kelas A saja, sudah dapat menjawabnya. Lho kok…? Begini…, marilah kita mencoba memahami pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh anak balita.
“Mbah kung…, itu kok ada yang gelut (berkelahi) ramai-ramai. Siapa mereka itu, Kung,,,?”  Begitu pertanyaan cucu penulis sambil mununjuk ke arah televisi.
Aduh…, saya harus menjawab apa…, sebab yang sedang berkelahi itu adalah mahasiswa dengan dosennya. Bagaimana ya?
“Ooo… itu. Eee…, itu pak dosen dengan kakak mahasiswa”, jawab penulis.
“Dosen itu apa? Mahasiswa itu apa?” Begitu pertanyaan Sang Cucu.
“Dosen itu…, guru yang ilmunya buanyaaak…! Mahasiswa itu murid yang gede buangeeet…!
“Lho kenapa mereka kok bertengkar? Rebutan kue, ya…? Kan tidak boleh rebutan! Kata Bundaku…, kita tidak boleh rebutan! Masing-masing kan sudah diberi kue. Tidak baik mengambil kue  milik orang lain!” Begitu celoteh cucu penulis.
Hehehe.
Maaf…,  penulis sudah mengantuk! Jam di dinding kamar menunjukkan pukul 03.00 wib. (dini hari). Semalaman penulis tidak tidur karena sedang mengerjakan pekerjaan TEQIP UM. Besok cerita ini akan kita sambung lagi. Hehehe…

Malang,  24 Oktober 2012

*) Djoko Rahardjo, Staf Subbag Sarana Akademik  BAKPIK  UM

 

Post Author: humas admin