Menuju Pengisian KRS via Internet

Tulisan Prof. Dawud di rubrik Suara Kita berjudul “KRS-an” via Internet, Mengapa Tidak?, sampai saat tulisan ini dibuat sudah memperoleh 16 komentar. Berikut ini beberapa hal yang sudah dilakukan untuk mewujudkan hal itu.

Pusat TIK, Bagian PK, dan Keuangan sudah pernah bertemu dengan berbagai pihak dalam kesempatan yang terpisah yaitu BNI, BTN, PT Finnet (perusahaan switcher) untuk membicarakan pengisian KRS melalui Internet. Akhirnya Pusat TIK menyimpulkan bahwa UM perlu bekerja sama dengan pihak yang sudah berpengalaman menangani transaksi data dengan bank (yang disebut sebagai switcher dalam komentar Bu Mimin), kemudian switcher bekerja sama dengan bank yang ditunjuk oleh UM. Jika mahasiswa membayar di bank maka otomatis datanya akan masuk ke server UM sehingga bisa langsung mengisi KRS.

Saya berpendapat adalah lebih baik jika pengisian KRS melalui Internet dibagi dalam dua tahap yaitu:

  1. Terapkan dulu kerja sama dengan switcher sehingga mahasiswa bisa KRS di fakultas masing-masing tanpa melalui Bagian Keuangan dan Subag Registrasi dan Statistik. Jadi dalam tahap ini tetap masih mengisi KRS melalui intranet.
  2. Semester berikutnya barulah pengisian KRS bisa dilakukan melalui intranet atau Internet.

Proses kerja sama dengan pihak Switcher sudah melalui Pusat TIK, Bagian Keuangan, dan Bagian PK. Sudah dibicarakan oleh Kabiro AAKPSI, Kabiro BAUK, PR IV, dan PR II. Masih ada dua hal yang dipertimbangkan yaitu (1) bank mana yang ikut berperan dan (2) biaya penggunaan switcher ditanggung oleh siapa. Mungkin ini saatnya hal itu dibangkitkan lagi sehingga ada keputusan yang dihasilkan.

Saya memperkirakan biaya switcher adalah Rp 5.000 per transaksi, paling mudah prosedurnya jika ini dianggap biaya transfer sehingga ditanggung oleh pihak yang membayar (dalam hal ini mahasiswa). Mestinya tidak berat dibandingkan harus datang ke kampus. Masalah bank mana yang dipakai, kalau menurut saya ya sementara ini tetap saja pada kesepakatan yang sudah dijalankan UM. Nanti ke depan setelah sistem berjalan baru mulai dipikirkan multibank seperti yang dilakukan oleh kampus-kampus besar di Indonesia.

Soal biaya untuk program dan basis datanya (komentar Sdr Devid), menurut saya, pasti dalam jangkauan UM (sekitar  Rp 25 juta). Yang perlu disiapkan serius adalah server (data dan web) yang kuat, jaringan yang handal, dan akses Internet yang cepat untuk menangani 20 ribuan mahasiswa. Jaringan yang handal akan dicapai jika jaringan utama sudah diganti dengan serat optik (saat ini masih FMIPA, A2, A3). Selain itu SDM pun perlu disiapkan.

Kami sudah berusaha untuk mewujudkan itu, memang masih belum bisa dilakukan sekarang tetapi dalam 2 atau 3 semester lagi, saya yakin sudah bisa. Sebagai contoh, pendaftaran peserta seleksi mahasiswa baru disiapkan dalam waktu 3 bulan, akhirnya jalan juga dengan sejumlah kekurangan.

Kalau nanti tiba saatnya, maka mohon dukungan untuk membantu proses tersebut, paling tidak kalau ada masalah jangan dimarah-marahi hehehe kami pasti bekerja sekeras mungkin dan berusaha sebaik mungkin tetapi tentu ada faktor-faktor lain yang di luar kuasa kami, misalnya kapan serat optik dipasang, atau keputusan tentang diterima tidaknya penggunaan switcher. Mari kita semua berusaha mewujudkannya.

Malang, 4 Oktober 2009

Johanis Rampisela (Ketua Divisi Perangkat Lunak Pusat TIK UM)

Post Author: humas admin

Leave a Reply

Your email address will not be published.