Purna Tugas dan Jabatan

Dengan berjalannya waktu dan bertambahnya usia, dengan santainya satu demi satu para petugas administrasi menjalani masa pensiun, purna tugas di UM. Seiring dengan itu pula sebagian jabatan administrasipun lowong, memerlukan tenaga pengganti estafet melanjutkan pendahulu sebelumnya. Melihat peluang ini, ada yang menanggapi dengan wajar, biarlah semua itu berjalan sesuai dengan alurnya dan ada pula yang dengan ambisius.dengan berbagai upaya. Upaya itu bisa berupa meminta diberi jabatan, menyogok, menjelek-jelekkan orang lain dst….. naudzubillah…., padahal meminta jabatan seperti itu akan membuat beban kepemimpinan semakin berat.

Meminta Jabatan
Jabatan tidak boleh diberikan kepada seseorang yang memintanya dan berambisi untuk mendapatkannya. Abu Musa radliallahu ‘anhu berkata: “Aku dan dua orang laki-laki dari kaumku pernah masuk menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka salah seorang dari keduanya berkata: “Angkatlah kami sebagai pemimpin, wahai Rasulullah”. Temannya pun meminta hal yang sama. Bersabdalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Kami tidak menyerahkan kepemimpinan ini kepada orang yang memintanya dan tidak pula kepada orang yang berambisi untuk mendapatkannya.” (HR. Bukhari no. 7149 dan Muslim no. 1733)

Dalam riwayat yang lain, sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Abdurrahman bin Samurah :”Bila engkau diberikan dengan tanpa memintanya, niscaya engkau akan ditolong (oleh Allah dengan diberi taufik kepada kebenaran). Namun bila diserahkan kepadamu karena permintaanmu niscaya akan dibebankan kepadamu (tidak akan ditolong).” Siapa yang tidak ditolong maka ia tidak akan mampu. Dan tidak mungkin jabatan itu diserahkan kepada orang yang tidak cakap. (Syarah Shahih Muslim, 12/208, Fathul Bari, 13/133, Nailul Authar, 8/294)
Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata: “Sepantasnya bagi seseorang tidak meminta jabatan apapun. Namun bila ia diangkat bukan karena permintaannya, maka ia boleh menerimanya. Akan tetapi jangan ia meminta jabatan tersebut dalam rangka wara’ dan kehati-hatiannya dikarenakan jabatan dunia itu bukanlah apa-apa.” (Syarah Riyadlus Shalihih, 2/470)

Beban Berat Meminta Jabatan
Rasulullah s.a.w. bersabda:
Artinya : “Janganlah kamu meminta jabatan dalam pemerintahan. Karena jika kamu diberi jabatan karena permintaanmu, maka bebanmu sungguh berat. Tetapi jika kamu diberi jabatan tanpa kamu minta, maka kamu akan dibantu oleh orang banyak.” (HR. Muslim dari Abdurrahman bin Samurah r.a.)

Rasulullah s.a.w. bersabda:
Artinya : Abu Dzar r.a. berkata: Saya bertanya, “Ya Rasulullah mengapa engkau tidak memberiku jabatan?. Maka Rasulullah menepukan tangannya pada pundakku, lalu beliau bersabda: Hai Abu Dzar, sungguh kamu ini lemah, sedangkan jabatan adalah amanah, dan jabatan itu akan menjadi kehinaan serta penyesalan pada hari kiamat, kecuali bagi orang yang memperolehnya dengan benar dan melaksanakan kewajibannya dalam jabatannya.” (HR. Muslim)

Pertanggunganjawab Pemimpin
Menjadi seorang pemimpin dan memiliki sebuah jabatan merupakan impian semua orang kecuali sedikit dari mereka yang dirahmati oleh Allah. Setiap orang adalah pemimpin dan kelak akan dimintai pertanggunganjawab atas apa-apa yang telah dipimpinnya, sebagaimana hadis dari Ibnu Umar, ”Ketahuilah, setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya.” (HR Muslim)

Ambisi Menjadi Penyesalan
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika beliau menyampaikan hadits yang diriwa¬yatkan dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu: “Sesungguhnya kalian nanti akan sangat berambisi terhadap kepemimpinan, padahal kelak di hari kiamat ia akan menjadi penyesalan.” (HR. Bukhari no. 7148)

Semoga bermanfaat.

Post Author: humas admin

Comments are closed.