REMBULAN TERSENYUM… Bagian Ke-9

REMBULAN TERSENYUM DI LANGIT MELONGOANE
(Bagian Ke-9)
Oleh: Djoko Rahardjo*

Setiap perjalanan dinas yang dilaksanakan oleh PNS sudah ditentukan oleh Menteri Keungan RI tentang tarif  biaya penginapan dan biaya yang lainnya. Tarif hotel bagi pejabat eselon II, setingkat kepala biro adalah Rp 650.000,00 (enam ratus lima puluh ribu rupiah) per hari. Tarif hotel sebesar itu diperuntukkan bagi hotel berbintang tiga yang berada di Kota Jakarta. Mestinya Pak Amin sebagai Kepala Biro Akademik Kemahasiswaan Perencanaan Informasi dan Kerjasama (BAKPIK) UM menginap di hotel bintang tiga. Kenyataannya tidak! Beliau harus menginap di kamar lantai I,  Kapal Laut Vinencia dengan tarif sehari Rp160.000,00 (seratus enam puluh ribu rupiah).
Hal tersebut dialaminya karena maskapai penerbangan Wing Air dan Express Air  tidak dapat beroperasi karena Bandara  Kabupaten Talaud ditutup selama dua minggu. Tidak ada pilihan lain kecuali hanya menggunakan transportasi kapal laut. Waktu tempuh kapal laut dari Pelabuhan Kota Manado ke Pelabuhan Melongoane, Talaud memakan waktu selama 16 (enam belas) jam. Sedangkan bila menggunakan pesawat terbang hanya ditempuh selama 0,5 (setengah) jam.
Perlahan-lahan namun pasti, kapal laut itu sudah hampir memasuki wilayah perairan Pelabuhan Lirung yang berada di Pulau Salibabu. Menurut data dari Dinas Pariwisata Kabupaten Talaud,  luas Pulau Salibabu  ± 98,07 Km2. Fajar mulai menyingsing. Waktu Sholat Subuh sudah berlalu setengah jam yang lalu. Jatah sarapan pagi dari kapal laut mulai dibagikan kepada para penumpang. Dua orang ABK  dengan membawa cerek almuniun dan cangkir plastik, membagikan teh panas yang dituangkan ke dalam gelas plastik kecil yang berukuran ± 100 cc. Pagi itu jatah sarapan  berupa roti. Roti kecil dengan ukuran ± panjang  = 7 cm, lebar = 6 cm dan tebal = 3 cm.
“Mana mungkin jatah  sarapan yang seminim ini, dapat mengganjal perutku yang kosong? Sementara aku sudah menahan rasa lapar semalaman”, begitu bisikan hati Sersan Djoko Rahardjo.
Setelah “menghabisi” jatah sarapan, kulangkahkan kakiku menuju ke lantai I, ke tempat pemukiman para pengungsi. Waduh…, lidahku tergelincir. Keliru! Maaf! Ke tempat tidur Pak Amin dkk. Di tempat tidur mereka…, yang aku jumpai hanyalah Bapak Dwi Haryoto. Kemana yang lainnya?

“Pak Dwi…, menurut keterangan Pak Ali, saat di Pelabuhan Manado, Pak Amin membelikan roti untuk kita. Saya akan mengambilnya. Roti tersebut diletakkan dimana?”

“Di dekat koper Pak Amin!” Jawab Pak Dwi.

“Pak Dwi, menurut keterangan beberapa penumpang, 30 menit lagi kita akan sampai di Pelabuhan Lirung. Sementara itu…, waktu tempuh dari Pelabuhan Lirung ke Pelabuhan Melongoane, tempat tujuan kita ± 20 menit. Tetapi sayang…”.

PELABUHAN LIRUNG

 

 

BERSAMBUNG …

Melongoane –Talaud – Sulut,  3 Oktober 2012

*) Djoko Rahardjo, Staf Subbag Sarana Akademik  BAKPIK  UM

Post Author: humas admin