SOLDIER OF FORTUNE

SOLDIER OF FORTUNE

Oleh: Djoko Rahardjo*

Ketika seorang prajurit berangkat ke medan perang, di dalam pikirannya hanya ada satu pilihan, yakni menang atau kalah, hidup atau mati. Dalam perang merebut kemerdekaan RI, cita-cita itulah yang tertanam kuat di dalam lubuk hati para pejuang kita. Mereka tidak pernah takut menghadapi musuh walaupun hanya memiliki senjata yang sederhana. Mereka memiliki semboyan: “Merdeka atau mati!” Enampuluh tujuh tahun yang lalu, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai ini. Di dalam kesempatan ini, perkenankanlah penulis mengucapkan: “DIRGAHAYU RI YANG KE-67, semoga tetap jaya untuk selama-lamanya!”

Di dalam bulan Ramadhan yang pernuh berkah ini, marilah kita mencoba memahami arti kemerdekaan bagi kita semua, yang memiliki profesi beragam. Oleh sebab itu, setiap orang mungkin berbeda dalam mema’nai kemerdekaan ini. Di dalam kesempatan ini perkenankanlah pula penulis menceritakan perjalanan prajurit yang telah dilukiskan oleh Group Rock Band, Deep Purple dari Amerika yang terkenal di era tahun 70-an, pada  “bait terakhir”  lagu SOLDIER  OF FORTUNE seperti berikut.

Now I feel I’m growing older
And the songs that I have sung
Echo in the distance
Like the sound
Of a windmill goin’ ’round
I guess I’ll always be
A soldier of fortune
I can hear the sound
Of a windmill goin’ ’round
I guess I’ll always be
A soldier of fortune
Tak terasa kini usiaku semakin renta 

Dan lagu yang kunyanyikan

Bergaung sampai di kejahuan

Seperti kincir angin yang berputar

Yang selalu kurasakan

Akulah tentara yang beruntung

Catatan: Mohon maaf, kemampuan bahasa Inggris Penulis tidak sebaik Anda semua, para pembaca.

Dalam peperangan—ketika sudah berhadap-hadapan dengan musuh—maka pilihan bagi seorang prajurit hanyalah: “Kill or to be kills!” Sungguh berbahagia bagi seorang prajurit yang telah memenangkan suatu pertempuran dengan selamat. Itulah kebanggaan bagi setiap prajurit yang berjuang pada masa merebut kemerdekaan RI di zaman yang telah berlalu. Zaman telah berubah! Seiring dengan perjalanan waktu maka kita semua telah memahami “bentuk perjuangan” di era reformasi sekarang ini. Apa yang telah dan yang akan kita perjuangkan? Kembali kepada cita-cita kita masing-masing.

Memang dalam perjalanan nasib manusia, kadang kita jumpai hal-hal yang diluar jangkauan nalar tetapi hanya dapat difahami oleh hati yang bening. Misalnya, seorang prajurit menerima kenaikkan pangkat dua kali dalam satu tahun bahkan ada yang hanya dalam hitungan bulan. Kita tentu masih ingat ketika Inspektur Jenderal (bintang dua) Timur Pradopo, Mantan Kapolda Jawa Barat dinaikkan pangkatnya menjadi Komisaris Jenderal (bintang tiga) tetapi beberapa bulan kemudian dinaikkan lagi menjadi Jenderal (bintang empat). Sekarang ini beliau menjabat sebagai Kapolri. Sungguh ini adalah suatu anugerah dari Allah swt. Manusia tidak mampu  menjangkaunya. Meskipun  ada argumentasi yang rasional tetapi hal itu tak dapat membatalkan takdir Tuhan yang Maha Kuasa.

Secara sadar—kita manusia—yang selalu menghadapi persoalan hidup—ada suka, dan ada duka, ada untung ada rugi dan lain sebagainya—selalu ada unsur positif dan negatif. Tetapi kita akan dikatakan orang yang beruntung bila kita memahami penjelasan di bawah ini.

Truly he succeeds that purifies it,

And he fails that corrupts it!

Artinya kurang lebih:

Sungguh beruntung orang yang mensucikannya (jiwa itu)

Dan sungguh merugi orang yang mengotorinya !

(Al Qur’an Surah ke-91, Asy-Syam: ayat 9—10).

Bila hati kita belumlah bersih atau suci! Masih ada waktu buat kita untuk membersihkannya. Pada kesempatan bulan ramadhan ini…, kita masih diberi waktu oleh Sang  Maha Pencipta, Allah swt. Tuhan yang telah menciptakan manusia dan seluruh alam semesta, untuk membakar dosa-dosa kita. Sepuluh hari lagi…, kita akan menjumpai hari kemenangan bagi umat yang melaksanakan ibadah  Ramadhan dengan sungguh-sungguh. Seperti sorang prajurit yang telah memenangkan peperangan dan pulang dengan selamat!  Di hari yang fitri atau suci nanti, izinkalah penulis mengucapkan kepada para pembaca: “Minal aidzin wal fa’idzin, mohon maaf lahir dan bathin”.

Malang,  10 Agustus 2012

*) Djoko Rahardjo, Staf Subbag Sarana Pendidikan/Subbag Akademik BAKPIK UM

Post Author: humas admin