UM Perlu Pemimpin Ala Dahlan Iskan, Jusuf Kalla, dan Joko Widodo

Sudah lama saya mengagumi Dahlan Iskan, Jusuf Kalla, dan akhir-akhir ini adalah Joko Widodo. Kebetulan saya menemukan tulisan yang membahas tentang ketiganya. Kutipan berikut ini saya ambil dari http://nuansalembayung.wordpress.com/2012/01/04/kesamaan-kepemimpinan-jusuf-kalla-dahlan-iskan-dan-jokowi/.

Saya tersadar bahwa terdapat pemimpin dan tokoh politik yang saat ini menjadi panutan banyak masyarakat dan menjadi contoh pemimpin yang ideal. Orang-orang ini adalah sosok yang dianggap sangat cepat dalam bergerak, tegas dalam bertindak, dan selalu menyelesaikan masalah yang ada dengan solusi yang cerdas. Tokoh itu tidak lain tidak bukan adalah Jusuf Kalla, mantan Wakil Presiden RI yang sekarang menjadi Ketua Palang Merah Indonesia, Dahlan Iskan, mantan Direktur Utama PLN yang sekarang menjabat sebagai Menteri BUMN Kabinet Indonesia Bersatu II, dan Joko Widodo, Walikota Solo. Ketiga pemimpin tersebut memiliki gaya kepemimpinan yang mirip dan ketiganya berlatar belakang seorang entrepreneur. Jusuf Kalla dengan perusahaan keluarga besarnya, Dahlan Iskan dengan perusahaan Jawa Pos dan ratusan perusahaan lainnya, dan Joko Widodo dengan usaha perdagangannya.

Jika sebelumnya tidak ada yang tahu apa pekerjaan Wakil Presiden RI, jika sebelumnya tidak ada yang tahu siapa Ketua PMI. Maka hal itu berbeda dalam kepemimpinan orang ini. Dari periode waktu menjabat yang tergolong singkat, Jusuf Kalla bisa membuat hal-hal yang dikenang oleh bangsa Indonesia ketika menjadi wapres, yaitu berperan besar dalam proses perdamaian Aceh yang setelah puluhan tahun dalam konflik. Lalu ia juga melakukan revitalisasi agar banyak sektor pertanian dan peternakan di Indonesia menjadi swasembada yang akhirnya terwujud untuk beras pada masanya. Dan Ia juga membuat satu gebrakan yaitu mengganti minyak tanah menjadi gas hanya dalam waktu satu tahun saja yang manfaatnya memang langsung dirasakan masyarakat. Begitupula ketika ia naik menjadi Ketua PMI, ia langsung membuat gebrakan dengan menggalakkan kegiatan donor darah dimana-mana. Melalui wawancara, ia berjanji dan optimis dalam waktu singkat persediaan kantong darah PMI yang selama ini selalu jauh di bawah kondisi ideal akan memenuhi bahkan melebihi batas tersebut. Ia juga ingin membuat donor darah menjadi sebuah gaya hidup masyarakat sehat yang memang perlahan mulai dirasakan dampaknya. Semenjak ia menjadi Ketua PMI, saya sering melihat kegiatan donor darah bahkan di tempat umum.

Jika sebelumnya tidak ada yang tahu siapa Dirut PLN, jika sebelumnya tidak ada yang tahu apa pekerjaan Menteri BUMN. Maka hal itu berbeda dalam kepemimpinan orang ini. Dahlan Iskan, dapat mengembalikan Jawa Pos yang pada jaman itu hampir bangkrut menjadi salah satu perusahaan surat kabar terbesar di Indonesia. Mungkin itu cerita lama, namun ada perubahan baru yaitu ketika ia diangkat menjadi Dirut PLN. Banyak yang meragukan mengapa ia diangkat karena Dirut PLN sebelumnya selalu dari kalangan teknik kelistrikan dari universitas top Indonesia. Namun, hanya dengan periode kepemimpinannya yang bisa dibilang sangat sebentar, banyak sekali manuver yang ia lakukan untuk PLN dan (lagi-lagi) dirasakan langsung oleh rakyat. Peningkatan kualitas PLN dan itu benar-benar saya rasakan sendiri dimana sebelum Dahlan Iskan naik, PLN benar-benar sedang krisis dan sangat menjengkelkan. Satu bulan di rumah saya bisa berkali-kali pemadaman. Hanya beberapa bulan setelah Dahlan menetapkan program Indonesia bebas pemadaman sampai sekarang tidak pernah lagi rumah di daerah saya mengalami pemadaman bergilir. Tidaklah heran jika walaupun dalam jangka waktu yang sangat singkat, ia langsung dipercaya memegang amanah luar biasa menjadi Menteri BUMN. Apa hasilnya? Memang belum terlihat karena baru tiga bulan, namun Dahlan berjanji benar-benar akan merestrukturisasi ratusan BUMN pemerintah dari yang kecil sampai yang besar, mengefektifkan kerja mereka dan membuat pusat perkembangan ekonomi Indonesia dari BUMN. Dalam sebuah wawancara, ia ditanyakan bahwa 114 BUMN di Indonesia tidak lebih besar keuntungannya dari 1 BUMN di Malaysia yaitu Petronas. Namun Dahlan dengan sangat tegas berkata bahwa ia sedang melakukan perbaikan di segala sektor dan berusaha keras membangun semua BUMN. Ia lalu berkata dengan keyakinan tinggi,”Ya, memang sekarang mereka menang, tapi kita akan bekerja keras dan lihat saja hasilnya dua tahun lagi.” Sebuah ambisi luar biasa untuk kemajuan Indonesia.

Jangankan Walikota Solo, walikota di kota sendiri saja banyak yang tidak tahu. Namun sekarang siapa yang tidak tahu Walikota Solo, Joko Widodo. Tanyalah orang Solo sendiri, maka mereka yang akan bercerita bagaimana perubahanan di Solo semenjak Jokowi naik menjadi walikota belum lama ini. Sektor pariwisata Solo benar-benar diperbaiki dengan luar biasa. Infrastruktur dan ekonominya pun tidak luput dari perbaikan sang walikota. Tidak hanya itu, banyak lahan-lahan rakyat di Solo yang diselamatkan oleh Jokowi dari terjangan pemodal besar. Baru-baru ini ia juga mengganti mobil dinas mewahnya dengan mobil hasil rakitan anak-anak SMK dan ia mendorong semua pejabat untuk menggunakannya. Ia berkata,”Usaha seperti ini harus didukung dan diberi modal, nanti kita cari pemodal. Kalau ga’ ada yang mau, saya sendiri yang bakal ngemodalin.” Dengan program-programnya yang sederhana namun mengena, Solo langsung tancap gas dan terus berkembang sampai sekarang. Dan ini lagi-lagi bukan berdasarkan pengamatan media, melainkan data yang saya ambil dari teman-teman saya yang berasal dari Solo secara langsung. Tidaklah heran saat ini banyak warga Jakarta yang ingin ‘membajak’ Jokowi ini dari Solo.

Menemukan kesamaan dari ketiga orang di atas? Ya, mereka sama-sama berlatar belakang seorang wirausahawan, mereka sama-sama memiliki karakter bekerja dengan prinsip-prinsip bisnis sederhana namun cepat, tegas, berani, tahan terhadap tekanan, dan cerdas dalam bertindak. Yang terpenting adalah keberadaan dan kinerja mereka dirasakan langsung oleh masyarakat yang terlibat sehingga kita bisa mengenal sosok mereka dari apa yang dilakukannya.

 

UM perlu memilih pemimpin yang cepat, tegas, berani, tahan terhadap tekanan, dan cerdas dalam bertindak. Pemimpin yang turun ke lapangan, bukan pemimpin yang berada di belakang meja yang kerjanya hanya membuat laporan yang menyenangkan atasan tetapi sesungguhnya tidak berbuat apa-apa untuk melayani warga UM.

.

Malang, 9 Februari 2012

Johanis Rampisela

Post Author: humas admin

Leave a Reply

Your email address will not be published.