Universitas Negeri Malang
Pada tahun ini, Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia atau World Suicide Prevention Day jatuh pada Selasa (10/9/2024). Tema tahun 2024, yaitu “Menciptakan Harapan Melalui Aksi.” Tema ini menekankan pentingnya langkah-langkah pencegahan dan upaya kolaboratif dalam pencegahan bunuh diri dimana tekanan hidup semakin meningkat.
Sementara temuan-temuan terbaru menunjukkan bahwa upaya pencegahan bunuh diri masih merupakan hal yang sangat penting. Menurut WHO, setiap tahunnya 703.000 individu mengambil nyawanya sendiri dengan melakukan bunuh diri dan banyak di luarnya data tersebut yang mengupayakan tindak bunuh diri.
Setiap kejadian bunuh diri adalah sebuah tragedi yang berdampak kepada keluarga, komunitas, dan bahkan seluruh negara, serta memiliki dampak yang berkelanjutkan kepada orang-orang yang ditinggalkannya. Terlebih lagi, bunuh diri adalah penyebab kematian keempat terbesar pada individu berusia 15 sampai 29 tahun (WHO, 2021).
Kota Malang kini tengah diselimuti banyaknya kasus bunuh diri. Sepanjang bulan Januari hingga 4 Juni 2024, Polresta Malang Kota mendapati kejadian percobaan bunuh diri sebanyak 5 kasus di wilayah hukum Kota Malang. Dari 3 kasus percobaan bunuh diri modusnya dengan loncat dari jembatan.
Namun dari 3 kasus ini 2 di antaranya berhasil digagalkan warga maupun pihak kepolisian. Sedangkan 2 kasus lainnya adalah percobaan gantung diri, 1 di antaranya ditemukan dalam keadaan tak bernyawa. Rata-rata kasus percobaan bunuh diri yang terjadi di Kota Malang sering dialami kaum hawa, dari 5 kasus 3 di antaranya wanita. Terbaru kasus percobaan bunuh diri dilakukan seorang janda EP (33) di Jembatan Brantas Jalan Gatot Subroto, Malang. Alasannya melakukan perbuatan tersebut karena putus asa. Dalam kasus tersebut percobaan bunuh diri berhasil digagalkan warga dan petugas kepolisian, rata-rata kasus percobaan bunuh diri karena beberapa faktor, yakni masalah percintaan dan masalah keluarga.
Percobaan bunuh diri (PBD) merupakan masalah yang multifaktor yang melibatkan antara faktor biologis atau faktor psikososial maupun keduanya. Kasus PBD sering disebabkan oleh keinginan untuk menghilangkan kondisi depresi dan beban kehidupan, keinginan untuk mendapatkan perhatian dan mendapatkan pertolongan dari orang lain.
Pada beberapa negara, sebesar 60 persen pasien mengalami perubahan dari ide menjadi rencana dan percobaan bunuh diri dalam kurun waktu satu tahun setelah munculnya pikiran bunuh diri (Pritiartesti et al., 2016).
Ide bunuh diri adalah keinginan dan rencana untuk bunuh diri yang belum disertai tindakan eksplisit. Interpersonal theory of suicide menyebutkan bahwa ide bunuh diri terjadi pada individu karena adanya masalah dalam rasa kepemilikan dan perasaan sebagai beban bagi orang lain.
Sedangkan pada Three Steps Theory disebutkan bahwa ide bunuh diri dapat terjadi akibat adanya rasa sakit yang umumnya terjadi secara psikologis, keputusasaan, kurangnya keterhubungan dengan lingkungan sosial, dan adanya kapasitas untuk melakukan tindakan bunuh diri (May & Klonsky, 2013).
Aksi Pencegahan
Melihat gentingnya permasalahan ini dengan dampak yang begitu luas, kejadian bunuh diri menjadi permasalahan yang dipandang penting terkait kesehatan masyarakat, dan perlu dilakukannya tindakan-tindakan preventif dalam membantu menurunkan kecenderungan bunuh diri pada populasi berisiko tinggi maupun berisiko rendah.
Melakukan tindakan preventif terhadap kasus bunuh diri adalah hal yang menantang. Hal ini disebabkan oleh kompleksitas dari penyebab kasus bunuh diri itu sendiri. Mencegahnya, ada baiknya memperhatikan sejumlah gejala dini, seperti: kesedihan, kecemasan, perubahan suasana perasaan, keresahan kebingungan, cepat marah.
Penurunan minat terhadap aktivitas sehari-hari seperti kebersihan, penampilan, makan, sulit tidur, sulit untuk mengambil keputusan, perilaku menyakiti diri sendiri seperti tidak mau makan, melukai diri dan mengisolasi diri.
Untuk mengenali ciri-ciri umumnya seseorang memiliki niat untuk melakukan bunuh diri antara lain, yaitu: (1) Seseorang sering melontarkan kata-kata “mending aku mati aja dari pada hidup seperti ini” atau “mati adalah jalan terbaik.” (2) Seseorang bisa memiliki ciri melalui tanda-tanda yang tak diungkapnya secara langsung semisal secara tiba-tiba mengurung diri atau menghindari lingkungan sosialnya. Pikiran bunuh diri bisa muncul saat itu, ketika seseorang merasa jatuh saat dibiarkan sendiri. (3) Ciri-ciri seseorang berniat mengakhiri hidupnya, yakni berani untuk melukai dirinya sendiri secara sadar. Seperti, melukai tangannya, membenturkan kepalanya, mencoba minum obat nyamuk, obat serangga.
Bilamana kita sudah mengetahui ciri-ciri seseorang memiliki niat untuk mengakhiri hidupnya, tentu ada cara untuk meminimalisir niat tersebut bahkan untuk menggagalkan niat seseorang untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang sudah memiliki masalah psikologis dan mempunyai niat untuk bunuh diri, sebenarnya mereka membutuhkan teman untuk berbicara.
Teman bicara, bisa membantu seseorang menggagalkan pikiran untuk bunuh diri. Jangan sampai kita menghakimi atau menyalahkan mereka atas pikiran itu. Orang yang memiliki pikiran bunuh diri, cenderung ingin didengarkan, dikuatkan, dimengerti dan dipahami. Kalau sering dihakimi, mereka malah berpikir dunia ini jahat dan akan memutuskan bunuh diri.
Dalam rangka merefleksi Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia upaya yang strategis adalah dengan melakukan tindakan “Lomba Global” untuk melakukan aksi pencegahan bunuh diri secara mondial. Untuk kawasan Malang Raya diharapkan bagi masyarakat dalam hal ini para remaja dan mahasiswa untuk tetap berhati-hati dalam membantu penanganan seseorang yang tengah mengalami depresi dan berpotensi melakukan bunuh diri.
Perlakuan hati-hati dalam pendekatan artinya masyarakat harus lebih sadar atau aware pada lingkungan sekitar dengan tindakan peka pada gelagat perubahan negatif pada orang sekitar. Dengan demikian apabila kita melakukan pendekatan dan mau menjadi pendengar yang baik, menguatkan mental, bisa memahami terhadap keluhannya “Insya Allah” akan menggagalkan niatan bunuh diri.(*)