Berdamai dengan Banjir

Kota Malang “dikepung” banjir, hujan lebat yang mengguyur wilayah Kota Malang, Senin (14/3/2022) sore lalu hingga malam, mengakibatkan terjadinya banjir di sejumlah titik. Kondisi parah adalah banjir yang menerjang permukiman warga di Jalan Simpang Teluk Bayur V RT 5 RW 8 Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing.

Banjir dengan flow air sangat deras, dan ketinggiannya mencapai sekitar dua meter, sehingga tim penolong harus berjibaku untuk menyelamatkan warga. Hingga kini, peringatan waspada banjir dan longsor belum dicabut karena untuk saat ini masih ada sebanyak 18 titik banjir yang terjadi di wilayah Kota Malang. 

Intensitas air hujan yang tinggi dan terus menerus terjadi, bisa berdampak banjir bandang walaupun itu terjadi di Kota Malang juga menyisakan banyak pertanyaan. Rasanya mustahil mengapa kota Malang yang berada di ketinggian 440-667  meter di atas permukaan laut tersebut bisa terlanda banjir?

Ada pekerjaan rumah yang harus diperhatikan, adakah yang salah dalam tata ruang di Kota Malang? Bisa jadi beberapa faktor penyebabnya adalah faktor demografis. Yakni pertumbuhan penduduk yang tinggi, menurunnya etika sosial, mengendurnya praktik-praktik budaya luhur di masa lalu, hingga faktor tekanan ekonomi.

Desakan pemukiman semakin padat, dan menyempitnya bantaran sungai yang dipenuhi bangunan sehingga lonjakan air hujan tidak terkendalikan mengakibatkan banjir.

Dampak dari cuaca ekstrim di atas, dalam 20 tahun terakhir banyak kota-kota besar di Indonesia yang berkembang sangat pesat. Perkembangan kota tidak mungkin dicegah sejalan dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk. Akibatnya permasalahan lingkungan semakin lama akan semakin parah dan telah mengakibatkan bencana bagi penduduk di wilayah perkotaan, terutama yang berpenduduk sangat padat. Salah satu masalah berat yang dihadapi oleh pemerintah daerah dan masyarakat perkotaan adalah banjir.  Setiap musim hujan tiba, kota-kota dan daerah di Pulau Jawa bagian utara selalu menjadi korban bencana banjir.

Bahkan banjir bandang dasyat yang terjadi di Malang Raya  pada November tahun 2021 lalu imbas dari banjir di lereng Gunung Arjuno Kota Batu yang berimbas pada DAS (Daerah Aliran Sungai) Brantas semakin menggurita yang memakan korban jiwa, rumah, jembatan putus hingga harta benda yang hanyut.

Audit Pemukiman dan Lingkungan

Memperlihatkan asas yang mendasari pembangunan perkotaan yang berwawasan lingkungan, maka diharapkan intervensi pemerintah dan kepedulian kolektif publik akan tetap mempertahankan keadaan kota sebagai kota yang lestari dengan tetap mengupayakan dan menyediakan hutan di tengah kota atau yang lebih dikenal dengan hutan kota.

Hal ini juga diperkuat konsepsi Fokura (1987) bahwa hutan kota adalah tumbuhan atau vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang memberikan manfaat lingkungan yang sebesar-besarnya dalam kegunaan proteksi, estetika, rekreasi, dan kegunaan-kegunaan khusus lainnya.

Sebagai contoh, Kebun Raya Bogor yang dibangun oleh Sir Stanford Raffles pada tahun 1817, Kebun Raya Cibodas dan hutan Raya Ir. H. Djuanda di Malang setidaknya dapat dijadikan contoh model.

Menyikapi adanya pertumbuhan sebuah kota ini, padahal jauh-jauh hari Doxiadis, telah meramalkan bahwa kota-kota yang ada di dunia ini, termasuk di Malang akan tumbuh dan bengkak semakin besar, semakin kuat dan sulit dikendalikan.

Peringatan itu, kelihatannya sejalan dengan apa yang diinginkan oleh John Ormsbee (1986), bahwa kita agar lebih berhati-hati dalam mengelola kota dan lingkungan binaan manusia. Selain itu, yang terpenting adalah kita berharap jangan sampai terjadi “ecological suicide” (bunuh diri ekologi) oleh pihak-pihak tertentu terhadap pembangunan kota ini. Hal ini bisa terjadi secara sadar maupun tidak sadar.

Memperbaiki, menjaga, dan merawat fungsi sungai dan selokan dapat bekerja dengan baik dan lancar. Kita ketahui bahwa sungai dan selokan adalah tempat aliran air sehingga jangan sampai tercemari dengan sampah atau menjadi tempat pembuangan sampah yang akhirnya menyebabkan sungai dan selokan menjadi tersumbat. 

Gerakan penghijauan melalui reboisasi tanaman khususnya jenis tanaman dan pepohonan yang dapat menyerap air dengan cepat. Perlunya pengaturan dan ketersediaan lahan terbuka untuk membuat lahan hijau dengan tujuan untuk penyerapan air.

Larangan keras terhadap warga yang membangun perumahan di tepi sungai, karena akan mempersempit sungai dan sampah rumah juga akan masuk sungai sehingga mengakibatkan luapan banjir yang bisa menenggelamkan rumah di sekitarnya.

Pentingnya audit dalam membangun gedung-gedung tinggi dan besar, hal ini akan mengakibatkan bumi ini akan semakin sulit menahan bebannya dan membuat permukaan tanah turun. Lebih penting lagi adalah penguatan kesadaran masyarakat untuk menghindari penebangan pohon di bantaran sungai, karena pohon berperan penting untuk pencegahan banjir.

Sebenarnya menebang pohon tidak dilarang bila kita akan menanam kembali pohon tersebut dan tidak membiarkan hutan menjadi gundul. Dengan melakukan cara penanggulangan banjir tersebut kita dapat mencegah bencana banjir. Karena selama ini pemerintah pun telah bekerja keras untuk mencegah terjadinya banjir, tetapi semua masyarakat pun harus mendukung agar semua bisa teratasi dengan baik.     Persoalan penting dalam mengintegrasikan antara kebijakan, rencana, dan program (KRP) pembangunan dan faktor lingkungan adalah adanya fakta bahwa dalam dua dekade terakhir kerusakan sumber daya alam berlangsung dalam kecepatan yang tinggi.

Dalam rangka berdamai dengan banjir di perkotaan, terutama fokus problem pemukiman yang ada di bantaran sungai. Tahap awal yang harus dilakukan adalah dengan identifikasi rumah kumuh, rumah yang terlalu menjorok ke badan sungai, rumah yang tidak mengantongi Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dan upaya penanganannya.

Oleh karena itu, dalam rangka berdamai dengan banjir, tidak hanya sebatas upaya pembangunan fisik saja, lebih dari itu perlunya mengubah budaya masyarakat yang kebanyakan menetap di bantaran sungai, yaitu warga dilatih menjaga kebersihan lingkungan.

Jika audit pemukiman dan lingkungan berjalan secara konsisten dan terjaga, dengan baik maka akan mematahkan mitos problem banjir perkotaan menuju Malang aman dengan banjir.(*)

Post Author: humas admin