Mematangkan Konsep Desa Wisata Edukasi

oleh M. Faris Andriansyah*

 

Desa Ngabab merupakan salah satu desa di Kecamata Pujon, Kabupaten Malang yang saat ini mulai berkembang menjadi desa wisata edukasi. Pemerintah desa berupaya mengembangkan potensi desa sebagai ikon desa wisata edukasi.

Potensi yang ditawarkan desa ini adalah edukasi tentang bercocok tanam (bertani dan berkebun), perah susu sapi dan pengolahannya, wisata gunung Dworowati, pemandian Dewi Sri, wisata religi Watu Gilang dan beragam produk olahan UMKM. Keseluruhan hasil produk tersebut memiliki kualitas tinggi dan telah tersebar secara nasional. Bahkan, salah satu perusahaan susu terbesar seperti Nestle mendapat pasokan dari desa ini. Hal itulah yang memperkuat perintisan wisata edukasi.

Harapannya, selain wisatawan dapat berwisata dan menikmati keindahan alam yang ada di desa ini, wisatawan juga dapat belajar pengolahan produk UMKM desa ini. Namun apakah benar Desa Ngabab siap untuk mewujudkan desa wisata edukasi?

Sebuah rencangan pengembangan desa yang berdampak, tentunya membutuhkan perancangan yang matang. Untuk itu, kami berekspolarasi dan berkolaborasi dengan warga untuk meneliti, menganalisis, dan mengembangan potensi desa untuk merealisasikan desa wisata edukasi.

ANSOS Kesiapan Desa

Kegiatan analisis sosial (Ansos) ini berlangsung selama lima hari. Tujuannya adalah melakukan ekspedisi desa untuk mengenal lebih jauh tentang gambaran yang ada di desa ini.

Pada hari pertama, kami membentuk beberapa tim sesuai jalur ekspedisi. Tingkat pendapatan warga desa cenderung tinggi. Dari seorang petani tomat yang kami temui, beliau menceritakan bahwa ketika musim panen, petani desa dapat memanen tomat 8 sampai 9 kali dengan laba tak sedikit. Mirisnya, beliau juga mengatakan bahwa pemuda di desa Ngabab lebih mengutamakan pekerjaan daripada pendidikan. Banyak dari mereka yang hanya tamatan SD maupun SMP memilih untuk bekerja. Mayoritas dari mereka bekerja sebagai ojek sayur di pasar dan menjadi seorang petani atau meneruskan usaha kedua orang tuanya.

Selain itu warga disini sangat konsumtif. Mayoritas masyarakat lebih suka membeli bahan makanan atau kebutuhan dapur dari pedagang lain, padahal penghasilan dari petani desa Ngabab cukup melimpah. Bahkan, desa ini menjadi satu-satunya desa di kecamatan Pujon yang memiliki pusat pembelanjaan modern di pusat desa.

Masalah lain dari desa ini adalah kurangnya kesadaran dari warga setempat tentang sampah. Banyak dari mereka yang membuang limbah rumah tangga, limbah peternakan, dan limbah hasil pertanian ke selokan depan rumah tanpa mempedulikan dampaknya. Pemerintah desa sudah menyediakan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di dekat balai desa. Namun hal itu tidak didukung fasilitas dan tenaga kerja pengangkut sampah desa.

Selanjutnya, di hari kedua kami menelusuri lembaga pendidikan yang ada di desa Ngabab. Banyak sekali temuan yang kami dapatkan. Masalah utama hampir di setiap sekolah adalah kurangnya guru olahraga dan fasilitas sekolah masih tidak memadai. Melihat kondisi tersebut, keesokan harinya, kami memutuskan langsung melakukan pengabdian di salah satu sekolah yang kekurangan guru. Pengabdian itu berlangsung selama dua hari.

Di hari terakhir, hari kelima, kami melakukan branding musholla dengan merapikan mukenah, memberi keterangan tempat wudhu laki-laki dan perempuan, memberi keterangan batas suci, dan memberi pamflet musholla.

Berdasarkan hasil analisis sosial yang kami lakukan, terdapat beberapa temuan diantaranya (1) Tingkat pendidikan di desa Ngabab masih rendah, sebagian warga lebih memilih untuk bekerja daripada meneruskan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi (2) Tingkat pendapatan warga desa cenderung tinggi, warganya sangat konsumtif, dan mayoritas dari mereka adalah seorang petani. (3) Di beberapa lembaga pendidikan kekurangan guru dan fasilitas belum memadai. (4) Sampah menjadi masalah serius karena sangat mengganggu.

Urgensi dan solusi

Kami menilai bahwa sebelum perintisan desa wisata edukasi, perlu dilakukan beberapa pendekatan. Pertama, permasalahan sampah di desa Ngabab perlu diatasi melalui pelatihan pengolahan kompos di setiap rumah. Hal ini erat kaitannya dengan kenyamanan wisatawan saat berwisata nantinya. Kedua, memaksimalkan hasil pertanian di desa untuk warga setempat. Dengan demikian, tingkat konsumtif masyarakat dapat berkurang seiring dengan kemandirian warga desa.

Memulai perintisan desa wisata edukasi bukanlah perkara mudah. Untuk itulah peran mahasiswa dalam penelitian, pendidikan, dan pengabdian sangat dibutuhkan. Tiada hari tanpa mengabdi, tiada saat tanpa berbuat. Tumbuh subur mahasiswa!

 

*Penulis adalah mahasiswa S-1 Pendidikan Jasmani dan Kesehatan dan Koordinator Humas Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Negeri Malang di Desa Ngabab, Kecamatan Pujon, Kab. Malang.

Post Author: humas admin

Leave a Reply

Your email address will not be published.