Pidato Pengukuhan Guru Besar Prof. Haris Anwar Syafrudie

pengukuhan-prof-dr-haris-anwar-syafrudieLahan sekolah umumnya menggunakan komposisi 40-60 persen ruang terbangun dan 60-40 persen ruang terbuka hijau, demikian dikatakan Prof. Dr. Haris Anwar Syafrudie, M.Pd dalam Pidato Pengukuhan Guru Besar UM dalam bidang Pendidikan Lingkungan Hidup, Kamis (14/5/09) di UM.

(Malang, Warta Online) Sejumlah nasihat bijak dalam mengembangkan sekolah, pertama adalah pilihan lokasi yang tepat. Yaitu lokasi yang strategis, aman, bebas banjir, lokasi yang memiliki aksesibilitas. Lokasi yang didukung infrastruktur jalan yang menghubungkan sekolah dengan transportasi umum dilengkapi dengan drainase serta fasilitas sarana dan prasarana terpadu dan berkualitas. Nasihat kedua adalah lahan. Untuk lahan sekolah pada umumnya menggunakan komposisi 40-60 persen ruang terbangun dan 60-40 persen ruang terbuka hijau. Karenanya pengelolaan lingkungan sekolah perlu menerapkan akutansi lingkungan dengan menghitung jumlah investasi lahan yang dibutuhkan serta keuntungan nyata pemanfaatan ruang dan bangunan sekolah. Demikian diungkapkan Prof. Dr. Haris Anwar Syafrudi, M.Pd pada pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Negeri Malang (UM) dalam bidang Pendidikan Lingkungan Hidup pada Fakultas Teknik UM, Kamis (14/5/09) di Aula Utama kampus UM.

Efesiensi pemanfaatan lahan sekolah lanjut guru besar FT ini, “Sekolah akan menghemat sumberdaya karena bisa sebagai tempat pengolahan air bersih, limbah, sampah, dan efesiensi pemanfaatan lahan pada pemakaian jangka panjang menguntungkan warga sekolah. Pencemaran udara dapat diredam dengan adanya ruang terbuka hijau oleh pepohonan yang rindang. Ruang terbuka bagi resapan air sesuai dengan ketersediaan lahan, yang memungkinkan air menyerap kembali ke dalam tanah, yang merupakan suplai air bersih dimusim kemarau, dengan mengurangi pembuangan air langsung ke saluran dan sungai.”

Nasihat lain, ujar Prof. Haris yang lahir di Bondowoso ini “Adalah adopsi kearifan lokal dalam membangun. Kearifan lokal masyarakat dalam membangun yang sudah dipraktekkkan masyarakat selama berabad-abad, dalam hal bentuk bangunan, bentuk atap, ukuran dan proporsi ruang, pintu, jendela, ukuran dan bentuk teras, taman, sistem drainase dan aneka ruang dalam bangunan memanfaatan kearifan lokal, sekolah akan memperoleh pengayaan yang membuat unit sekolah menjadi unik dan memiliki daya tarik.”

Sekolah berbudaya lingkungan (SBL) adalah subsistem pendidikan yang menginternalisasikan materi lingkungan hidup dalam implementasi penerapan kurikulum di sekolah. SBL diterapkan melalui jalur sekolah yang menggunakan prinsip belajar sambil mengalami dengan bantuan guru dan semua komponen sekolah.

Pada kesimpulan pidato pengukuhan guru besar Prof. Haris telah memiliki dua putra ini menjelaskan, pelaksanaan SBL telah menciptakan alternatif sumber dan model belajar yang baru dengan memanfaatkan fasilitas sekolah, kegiatan sekolah berbudaya lingkungan terbukti telah menumbuhkan kesadaran untuk memelihara fasilitas sekolah baik sarana dan prasarana maupun kegiatan perawatannya.

Post Author: humas admin

Comments are closed.