TAHTA YANG BERMASALAH

Raden Joko Pitono atau lebih dikenal dengan nama Duryudono adalah Raja Hastina yang menghadapi problematika hidup yang teramat rumit. Betapa tidak? Saat Raja Gandara, yang bernama Sakuni meminta kepada Raja Destarata agar Raden Joko Pitono dinobatkan menjadi Raja Hastina untuk menggantikan Raja Destarata. Secara naluriah bagi seorang ayah seperti Raja Destarata, tentulah sangat senang bila tahtanya diserahkan kepada Raden Joko Pitono tetapi bagaimana pendapat Kresna putera Basudewa. Sependapatkah dia?

Sebetulnya antara orang yang licik dengan orang yang cerdik itu bedanya sangat tipis. Kita tahu dalam kisah Mahabarata yang ditayangkan di ANTV bahwa Sakuni begitu licik dan culas dalam memperdaya Pandawa. Sementara itu, Govinda atau Basudewa Kresna begitu cerdiknya dalam mengatur strategi Perang Bharatayudha. Kelak pada episode pertengahan perang, Raja Angga yang telah mempersiapkan diri dengan panahnya untuk membunuh Arjuna mengalami kebimbangan. Memang tak satupun manusia di jagat ini yang mampu menghalau kehebatan senjata Kunta. Siapa saja yang kena bidik senjata Kunta pasti akan menemui ajalnya. Bagaimana dengan nasib Arjuna? Govinda lah yang akan mengaturnya.

Kembali pada cerita Sakuni yang berkeinginan keras menjadikan Raden Joko Pitono, keponakannya untuk menduduki tahta kerajaan Hastina. Kresna seorang raja yang memiliki pengetahuan yang sangat luas, tidaklah gegabah untuk menyetujui usul yang disampaikan oleh Sakuni.

“Bagaimana mungkin seorang yang ditunjuk mewakili Raja Pandu Dewata mewariskan tahtanya kepada putranya? Bukankah Destarata hanyalah seorang pelaksana tugas raja? Dia bukan raja sehingga Duryodono tidak pantas menjadi Raja Hastina. Tahta Hastina itu milik Yudisthira! Putra mediang Pandu Dewanata”. Begitu pendapat Kresna. Bagaimana kisah selanjutnya? Ikutilah tulisan berikutnya!

Bersambung…

Post Author: humas admin

Comments are closed.