Latih Sanitasi Cerdas, Mahasiswa UM Wujudkan Smart City di Kota Malang

Oleh:

Maria Carolina Yuaniar (Teknik Sipil FT), Ardhi Catur Kurniawan (Teknik Elektro FT), Feri Kurniawan (Teknik Elektro FT), Mastika Marisahani Ulfah (Biologi FMIPA) dan Siti Hartinah Qurbayni (Kimia FMIPA)

Universitas Negeri Malang (UM)

Kota Malang adalah salah satu kota yang terkenal dengan puluhan tempat destinasi wisatanya, hampir setiap sudut kota ditemukan berbagai macam tempat wisata. Semakin banyak tempat wisata semakin banyak pula pengunjung yang datang, sehingga membuat pendapatan daerah kota Malang semakin tinggi pula. hal ini membuat kota Malang menjadi salah satu kota pilihan untuk para imigran mencari peluang kerja.

Salah satu indikator untuk terwujudnya kota wisata adalah sistem sanitasi yang berfungsi dengan baik, termasuk pengolahan air limbah, sampah, dan penyediaan air bersih (ASEAN, 2016). Hal ini tidak didukung dengan kondisi lingkungan yang ada, Walaupun kota Malang menjadi salah satu tempat favorit destinasi wisata di Jawa Timur, namun masih banyak ditemukan warga yang membangun toilet tanpa pengolahan air limbah, salah satu alasannya adalah secara umum tidak ada lahan yang cukup untuk membangunan septictank. Bahkan terdapat 57.000 warga Kota Malang yang masih melakukan tindakan BABS (Buang Air Besar Sembarangan). Angka ini merupakan 6,4 persen dari total jumlah penduduk kota Malang yang mencapai 900 ribu jiwa (Cahyono, 2017).

Dari beberapa daerah di Kota Malang terdapat 8 kelurahan yang sistem sanitasinya masih belum diterapkan dengan baik, salah satunya di daerah Kelurahan Kota Lama khususnya disepanjang pemukiman penduduk di pinggir sungai ditemukam sistem sanitasi belum layak dan lokasi yang paling kumuh adalah daerah pinggir sungai Kebalen Wetan. Hal ini dikarenakan selain kebiasaan warga membuang sampah ke sungai, juga kebiasaan BAB sembarangan di sungai masih sering ditemui. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penerapan sanitasi dan perilaku hidup sehat yang benar telah menyebabkan sekitar 88% kematian manusia akibat diare di seluruh dunia (Fewtrell et al., 2005).

Maka dari itu mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) yang terdiri dari Maria Carolina Yuaniar (Teknik Sipil FT), Ardhi Catur Kurniawan (Teknik Elektro FT), Feri Kurniawan (Teknik Elektro FT), Mastika Marisahani Ulfah (Biologi FMIPA) dan Siti Hartinah Qurbayni (Kimia FMIPA) dengan dibimbing oleh Dr. Anie Yulistyorini, S.T., M.Sc. selaku dosen ahli di bidang teknik lingkungan dan SDA, menciptakan Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-M). Produk yang dibuat adalah Sistem IPAL dan Sanitasi Cerdas (SIANIDA) dan Cipta Usaha Kompos Human Excreta (KOSMATA). Program tersebut dibuat untuk mendukung program pemerintah daerah dalam mewujudkan kota Malang bebas kumuh 2019, dengan sasaran adalah Karang Taruna Kebalen Wetan, mengingat kegiatan karang taruna di daerah tersebut masih pasif dan lebih mudah dibina agar lebih produktif lagi.

Dalam program ini mencakup mengenai pemahaman penerapan sanitasi yang layak secara teori maupun lapangan dengan melatih proses pembuatan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) dikarenakan hampir seluruh penduduk tidak menggunakan septictank dalam pengelolaan air limbah domestik tiap rumah. Jenis IPAL yang digunakan adalah sistem IPAL Anaerobic Filter yakni dengan filter media pasir vulkanik dan arang aktif, media ini digunakan agar dapat memfilter air secara maksimal, sistem ini mampu menyisihkan polutan organik yang ada dalam kandungan air lebih besar dibanding sistem anaerobic baffled reactor, jenis ini juga dapat menghemat lahan, mengingat lokasi yang dituju merupakan lokasi padat penduduk. Selain itu pelatihan proses pembuatan IPAL ini diberi sentuhan kreatif dan inovatif oleh mahasiswa UM, yakni diberi sistem pengolahan Kompos secara otomatis dengan menggunakan sensor ultrasonic sehingga padatan yang ada pada IPAL dapat langsung diolah menjadi kompos cair, sehingga tidak perlu lagi ada penyedotan yang setiap tahun dilakukan pada IPAL pada umunya.

Selain diberi pemahaman mengenai sanitasi, pembuatan proses IPAL hingga alat otomatis pembuatan kompos cair dari padatan air limbah domestik, juga diajarkan mengenai proses pembuatan starter kompos dari limbah organik padat rumah tangga dan bakteri EM4, agar tidak perlu kembali karang taruna membeli bakteri untuk pembuatan kompos yang dapat dijadikan sebagai cipta usaha untuk menambah kegiatan yang lebih produktif dan bernilai ekonomi, sehingga seluruh limbah dapat diolah secara optimal dan warga dapat mandiri berwirausaha, dengan hal ini maka warga sedikit demi sedikit dapat mengurangi kebiasaan pembuangan sampah sembarangan di sungai.

Antusias partisipasi dari Karang Taruna pun sangat baik, sehingga program ini dapat berjalan dengan lancar dan dapat dilaksanakan di beberapa waktu. Seluruh anggota karang taruna aktif berpatisipasi pada seluruh kegiatan program ini. Kebiasaan membuang sampahpun sudah mulai berkurang dengan merubah sikap mengumpulkan sampah lalu di kolektif di TPS terdekat oleh karang taruna setiap sore di bahu jalan raya luar gang daerah Kebalen Wetan. Tujuan dari program ini selain warga dituntut untuk dapat menerapkan sanitasi, juga dapat menambah pendapatan warga dengan adanya pelatihan pembuatan kompos cair. Salah satu komponen mewujudkan kota menjadi smart city adalah kondisi sanitasi yang layak, sehingga program Malang bebas kumuh 2019 yang telah dicanangkan untuk mewujudkan kota Malang sebagai kota smart city dapat terwujud dengan salah satu berhasilnya penerapan program SIANIDA dan KOSMATA ini di beberapa sudut kota Malang dengan masalah kondisi lingkungan yang sama.

Editor: Arvendo Mahardika

Post Author: humas admin

Leave a Reply

Your email address will not be published.