Mantra Rahasia Lembaga Survei Pilkada: Quick Count

Ada pertanyaan yang lazim dikalangan masyarakat awam, kok bisa lembaga survei meramal hasil Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA). Apakah mereka punya orang sakti yang mampu meramal masa depan (Baca: Hasil Pilkada)? Ya, mereka memang punya orang-orang sakti. Terus, bagaimana mantra-mantra mereka? Saya jelaskan mantra sakti di lembaga survei.

Pemilihan TPS yang representatif sebagai sampel.

Bagaimana cara para lembaga survey memilih Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang mencerminkan pilihan keseluruhan daerah itu?

  • Jawab: Para lembaga survei Pilkada melakukan validasi atau studi kelayakan TPS yang representatif.

Caranya?

  • Mengadakan Pra-Quickcount

Pra-Quickcount? Apa itu?

Bahasa kerennya adalah validasi instrumen survei. Caranya?

  • 1) Membuat survei di daerah A3.
  • 2) Mencocokkan hasil survei keseluruhan daerah A (A1+A2+A3+A4)
  • 3) Jika ternyata daerah A3 tidak mencerminkan populasi, para lembaga survei PILKADA mengganti daerah target mereka hingga menemukan target yang representatif. (A1, A2, dan A4)

Distribusi informasi melalui SMS dan teknologi informasi.

  • Hari ini zaman Internet dan SMS. Para lembaga survei PILKADA cukup mengirimkan tim pemantau ke TPS yang mereka nilai representatif dalam pra-quickcount. Hasil pengamatan para anak buah lembaga survei PILKADA kemudian dikirim ke pusat data untuk direkap.

Mantra pamungkas: Standard of Error

Apa itu standard of error atau toleransi kesalahan?

  • Kemungkinan ramalan para lembaga survei quickcount meleset.
  • Kemungkinan itu ditulis dalam bentuk rentangan (1%, 5%, 10% dan seterusnya.)

Maksudnya bentuk rentangan?

  • Misal hasil quickcount lembaga survei A menyatakan pasangan X mendapat 50 % suara, pasangan Y 49% suara dan 1% suara golput.
  • Toleransi kesalahan yang diterapkan oleh lembaga survei A adalah 5%.
  • Ada dua kemungkinan dalam penghitungan hasil nyata:
    • Suara pasangan X bisa jadi tetap 50 % naik menjadi 55 persen atau turun menjadi 45 persen.
    • Suara pasangan Y bisa jadi tetap 49%, naik menjadi 54 persen atau turun menjadi 44%.
    • Suara golput (tidak memilih) bisa jadi tetap 1%, naik 6 persen. Dalam toleransi kesalahan tidak dikenal angka negatif.
    • Toleransi kesalahan ini berguna sebagai landasan membaca hasil ramalan para lembaga survei PILKADA

Bagaimana cara menentukan toleransi kesalahan yang oleh lembaga survei?

  • Tergantung seberapa tingkat percaya diri para lembaga survei atas hasil penghitungan cepat yang mereka lakukan.

Disarikan dari rangkuman kelas statistik pendidikan dan metodologi penelitian yang diampu Prof. Ali Saukah M.A., Ph.D

Ferril Irham Muzaki

Alumnus Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Malang

Sedang menempuh Pasca-Sarjana UM untuk program studi S2. Pendidikan Dasar

Post Author: humas admin

Comments are closed.