WAKTU: CIPTAAN BARU

Dalam menyambut tahun baru 2011 M ini, perlu direnungkan ungkapan indah yang dinilai oleh sebagian ulama sebagai hadis Nabi saw.: Maa min yaumin yansyaqqu fajruhuu illaa wa yunaadii: Yaa ibna Adama ana khalqun jadiidun wa ‘ala amalika syahiidun faghtanim minnii fainnii laa a’uudu ilaa yaumil qiyaamati, yang artinya ‘Tidak terbit suatu fajar suatu hari, kecuali dia berseru: Wahai keturunan Adam, aku adalah ciptaan baru; dan aku menjadi saksi atas usaha/amal perbuatanmu. Gunakanlah aku karena aku tidak akan kembali lagi sampai hari kiamat.’

Dengan demikian, hari ini, pekan ini, bulan ini, tahun ini, dan abad ini adalah ciptaan baru. Tidak sama dengan hari ini, pekan lalu, bulan lalu, tahun lalu, dan abad lalu. Sekalipun dalam unkapan sehari-hari kita sering mendengar “masih ada waktu”: masih ada hari, masih ada pekan, masih ada bulan, masih ada tahun, dan masih ada abad mendatang. Akan tetapi, kenyataan dan hakikatnya itu adalah waktu yang baru.

Semua makhluk terikat mutlak dengan waktu. Waktu bisa memberi semangat kepada manusia. Waktu bisa pula meninabobokkan manusia. Waktu diam seribu bahasa; sampai-sampai manusia sering tidak menyadari kehadiran waktu. Banyak pula manusia yang melupakan bahkan mengabaikan nilai waktu.

Banyak kata yang digunakan Al-Quran dalam menjelaskan makna ‘waktu’, di antaranya adalah sebagai berikut.

(1) Ajal

لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ

‘Setiap umat mempunyai batas waktu berakhirnya usia’ (QS Yunus:49)

Kesan yang kita peroleh dari ayat ini adalah segala sesuatu ada batas waktu berakhirnya, tidak ada yang langgeng, kecuali Allah swt.

(2) Dahr

وَقَالُوا مَاهِيَ إِلاَّ حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَايُهْلِكُنَآ إِلاَّ الدَّهْرُ

‘Dan mereka berkata, “kehidupan ini tidak lain saat kita berada di dunia, kita mati, dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan/mematikan kita kecuali dahr (perjalanan waktu yang dilalui oleh alam) (QS Al-Jasiyah:24).

Kesan yang kita peroleh dari ayat ini adalah  segala sesuatu pasti pernah tidak ada, kemudian ada, dan keberadaannya pun terikat oleh waktu.

(3) Waqt

إِنَّ الصَّلاَةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَّوْقُوتًا

‘Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban kepada orang-orang mukmin yang tertentu waktu-waktunya’ (QS An-Nisa’:103)

Kesan yang kita berpoleh dari ayat ini adalah batas awal-akhir suatu kesempatan untuk menyelesaikan suatu amalan atau pekerjaan. Artinya, adanya keharusan adanya pembagian teknis mengenai masa yang dialami (detik, menit, jam, hari, pekan, bulan, tahun, dst) serta keharusan menyelesaikan amalan dalam waktu-waktu tersebut, bukan membiarkannya berlalu dengan hampa.

(4) ‘Ashr

وَالْعَصْرِ {1

إِنَّ الإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ {2

إِلاَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ {3

‘Demi ‘Ashr. Sesungguhnya, manusia dalam keadaan merugi. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal salih dan saling menasihati dengan kebenaran dan saling menasihati dengan kesabaran’

Kesan dari ayat ini adalah saat-saat yang dialami oleh manusia harus diisi dengan mendayakan daya tubuh, daya akal, daya hati, dan daya hidup.

Waktu yang kita pakai di dunia ini sangat sedikit dibandingkan dengan waktu yang keseluruhan yang diciptakan Allah. Kita merasakan penggunaan waktu juga sangat singkat, misalnya, sebagaimana tercermin dalam ungkapan berikut ini.

  • Saya bertemu putri Anda kan belum lama, lho sekarang sudah sarjana, sudah menikah, dan puna anak. Kita sudah jadi kakek dan nenek.
  • Rasanya belum lama kita bekerja di UM ini, lho ternyata pertengahan tahun depan sudah pensiun.
  • Ketika mahasiswa dulu, saya bisa mengerjakan tugas lembur sampai dini hari, tidur sebentar, pagi hari fresh ‘segar bugar’. Sekarang, alaaamaaak. Tanpa mengerjakan tugas lembur, bangun tidur tulang dan otot terasa remuk semuanya.

Dengan contoh ungkapan sederhana tersebut, terasa benar bahwa sangat singkat waktu yang kita miliki, sangat sempit kesempatan yang kita punyai, dan sangat sedikit peluang yang telah kita manfaatkan untuk kemasalahatan.

Perintah Nabi dalam hadisnya yang juga digubah dalam lagu oleh Rhoma Irama tahun 80-an dan Raihan tahun 2000-an layak kita renungkan. Pesan Nabi kepada seluruh ummatnya.Jaga lima sebelum datang yang lima. Jaga muda sebelum tuamu. Jaga kaya sebelum miskinmu.Jaga sempat sebelum sempitmu. Jaga sehat sebelum sakitmu. Jaga hidup sebelum matimu.

Do’a harian yang indah diajarkan Nabi tentang pemanfaatan waktu ini. Ya Allah,

jadikanlah permulaan hari ini kebaikan. Jadikanlah pertenganyannya keberuntungan. Jadikanlah akhir hari ini keberhasilan.

Kesan yang kita peroleh dari do’a harian tersebut adalah setiap hari kita harus memperoleh kebaikan bagi diri kita sendiri dan memberikan kebaikan kepada orang lain. Setiap hari kita harus memperoleh keberuntungan untuk diri kita sendiri dan memberi keberuntungan kepada pihak lain. Setiap hari kita harus memperoleh kesuksesan untuk diri kita sendiri dan menyumbangkan keberhasilan untuk pihak lain. Sungguh merugi pada diri sendiri dan merugikan bahkan menganiaya orang lain kalau kita tidak mengisi waktu sesuai dengan do’a tersebut.

Dalam konteks kedinasan kita sehari-hari, contoh berikut ini dapat kita hitung kemaslahatan pemanfaatan waktu kita selama ini.

  • Andai kita sebagai pelayan pemangku kepentingan yang seharusnya dapat melayani kegiatan akademik dan administratif secara on line dengan mudah di UM ini, tetapi tidak kita lakukan, termasuk rugi tenaga kita sendiri dan merugikan pemangku kepentingan.
  • Andai kita sebagai pejabat legalisasi ijasah yang seharusnya dapat melayani hanya dalam hitungan jam atau maksimal satu hari, tetapi kita tunda sampai besok atau lusa, termasuk merugi karena tidak mempermudah dan meringankan orang lain malahan menganiaya alumni.
  • Andai kita bisa mengadakan barang keperluan layanan dengan cepat, tetapi kita tidak punya inisiatif dan aksi mempercepat pengadaan itu, berarti kita mendhalmi amanah yang berikan dan merugikan secara berantai pihak yang seharusnya mendapatkan layanan prima dari kita.
  • Andai kita mahasiswa yang seharusnya kuliah tepat waktu, tetapi molor berarti kita merugikan diri sendiri, keluarga, dan bahkan mungkin calon mertua.

Dalam konteks ibadah, contoh kecil berikut, dapat kita gunakan sebagai piranti muhasabah dalam pemanfaatan waktu kita selama ini.

  • Betapa ringannya mengerjakan salat tahajud dua raka’at dan satu rakaat witir dalam semalam, tetapi kita tidak pernah atau terlalu jarang melakukannya. Kita merugi tidak dapat ganjaran, kita merugi dapat pengurangan cinta Allah.
  • Betapa ringannya salat Dhuha dua rakaat sebelum berangkat ke kantor atau kalau lupa salat di kantor, tetapi tidak kita lakukan. Kita merugi karena berkurang mendapatkan kesempatan mendapatkan  keberkahan rizki dari langit, rizki dari bumi, rizki yang mudah, rizki yang bersih, dan rizki yang dekat.

Dalam menyongsong tahun 2011 ini, saya tekenang dengan SMS sahabat saya berikut:

  • Jika semua yang kita inginkan harus kita miliki, dari mana kita belajar keikhlasan.
  • Jika semua yang kita mau harus terpenuhi, dari mana kita belajar kesabaran.
  • Jika do’a kita langsung dikabulkan, dari mana kita memaksimalkan kemampuan yang diberikan kepada kita.
  • Jika kehidupan kita selalu bahagia, dari mana kita dapat mengenal Allah lebih dekat.

Tetap yakin bahwa segala ketentuan-Nya adalah yang terbaik untuk kita. Dialah Allah, Dzat Yang Maha Tahu maslahah hamba-Nya.

Saya pun teringat “pembelajaran” yang diberikan isteri saya—Allahummarhama—begitu tabahnya walau dia “tahu” secara medis bahwa usia harapan hidupnya tinggal 6 bulan s.d. 2 tahun, dia terus berusaha untuk “sembuh” tanpa mengeluh dengan berpegang pada fatwa Sayyidina Ali karamallahu wajhahu “Hidup adalah upaya berpindah dari takdir Allah yang satu menuju takdir Allah yang lainnya”.

Selamat berjuang, berikhtiar, dan berdo’a dalam menyongsong takdir-Nya.

Malang, 1 Januari 2011

Dawud

Fakultas Sastra UM

Post Author: humas admin

Leave a Reply

Your email address will not be published.