Beli Buku karena Endorsement?

Beli Buku karena Endorsement?
Karkono, S.S., M.A

Apa motivasi terbesar Anda saat ingin membeli buku? Karena memang butuh? Sekadar membelanjakan uang? Karena terpengaruh cerita teman tentang isi buku? Atau karena tertarik langsung saat melihat-lihat buku tersebut? Tentu antarkita berbeda alasan untuk membeli buku. Terkadang kita memang benar-benar membutuhkan buku tersebut, tetapi terkadang bisa saja tanpa terencana lebih dulu untuk membelinya.

Saat berada di toko buku, kita pasti melihat dan memilah buku mana yang hendak kita beli. Sekarang kita ingat-ingat, seberapa sering kita membeli buku tanpa kita rencanakan seleumnya. Dari rumah, kita sekadar ingin main ke toko buku, kalau ada buku yang kira-kira bagus ya kita beli, kalau tidak ya tidak beli. Apakah sering seperti itu?

Lalu, apa kira-kira yang membuat Anda tertarik untuk memilih sebuah buku untuk Anda beli? Apakah kita pernah memerhatikan, sekarang ini hampir di seluruh sampul buku selalu ada endorsement yang bertujuan untuk menarik para pembeli? Endorsement adalah komentar atau semacam testimony seseorang terhadap isi sebuah buku. Bisa jadi, kita tertarik membeli buku karena ‘tergoda’ oleh endorsement yang ditampilkan di sampul buku tersebut.

Endorsement memang diakui banyak penerbit sebagai alat jitu untuk mendongkrak pemasaran. Biasanya, para endorser atau orang yang memberi komentar terhadap sebuah buku memang bukan ‘orang sembarangan’. Bisa saja seorang pakar di bidang yang sesuai dengan tema buku tersebut, bisa dari kalangan public figure yang sedang menjadi sorotan, pejabat, atau penulis. Hal ini memang wajar dan sah-sah saja, hanya saja yang menjadi perhatian kita adalah jangan sampai setelah kita membeli buku merasa tertipu karena apa yang diutarakan dalam endorsement ternyata berbanding terbalik dengan kenyataan isi buku. Dan hal ini bukan sesuatu yang tidak mungkin.

Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Ada dua penyebab yang mungkin saja terjadi. Pertama, sang endorser tidak membaca dengan jeli seluruh isi buku, tapi ketika diminta penerbit untuk memberi komentar tentu saja adalah komentar yang menarik (baca memuji buku), padahal sebenarnya kualitas buku tersebut kurang baik. Sehingga antara kualitas buku dan isi komentar tidak sinkron. Kemungkinan kedua adalah endorser tidak membuat komentar sendiri, akan tetapi hanya ‘dipinjam” namanya, dan komentar itu dibuat oleh penerbit, dan tentu demi pemasaran-meski tidak sesuai dengan isi buku-komentar pun dibuat yang menarik.

Tulisan ini semoga menjadi perhatian bagi kita ketika hendak membeli buku. Kita bisa saja menjadikan endorsement sebagai bahan pertimbangan dalam membeli buku, akan tetapi tidak ada salah jika kritis terhadap endorsement. Jika sekadar informasi yang berisi ringkasan isi buku masih wajar kita jadikan rujukan seperti apa isi buku tersebut, akan tetapi jika endorsement sudah sampai pada tingkat berlebihan dalam memuji sebuah buku, layak untuk kita waspadai.

Tulisan ini pernah dimuat di Koran Surya

Post Author: humas admin

Comments are closed.