Mengawasi Para Pengawas

Ferril Irham M

Universitas Negeri Malang FS

Surya 5 Juli 2010 Warteg

Link:  http://www.surya.co.id/2010/07/05/mengawasi-para-pengawas.html

Hari-hari belakangan ini, masyarakat dihebohkan berita tentang beberapa oknum penegak hukum memiliki uang di rekening melebihi batas “normal”. Sebagai masyarakat biasa, sudah selayaknya warga menunggu hasil penyelidikan resmi. Tentu dengan menjunjung asas praduga tidak bersalah.

Layaknya tontonan, warga hanya bisa menunggu apa yang akan terjadi. Masyarakat hanya berharap agar bukti dan apa yang disebut kebenaran itu terungkap meski tidak terlalu berharap semuanya akan gamblang diungkapkan kepada publik.

Ingar-bingar pemberitaan “rekening gelap” para penegak hukum mengingatkan pada kisah Digital Fortrees, buah karya seorang Dan Brown (penulis Da Vinci Code). Dalam novel tersebut, diceritakan NSA (National Security Agency) merupakan lembaga yang bebas melakukan apa pun, termasuk melanggar privasi (baca: mengawasi) setiap kegiatan warga Amerika Serikat.

NSA, menggunakan mesin superkomputer tercanggihnya TRNSLTR untuk mengawasi setiap gerak-gerik warga Amerika Serikat. Kalau di alam nyata, TRNSLTR adalah sebuah superkomputer raksasa. Salah seorang pembuat TRNSLTR, Ensei Takado, mengkritik penggunaan mesin tersebut secara berlebihan dengan ungkapan yang terukir di cincinnya, “Siapa yang menjadi pengawas dari para pengawas?”

Kritikan Enshei Takado merupakan masalah klasik yang dihadapi setiap negara hukum. Dalam negara hukum, para pengawas menegakkan hukum kepada masyarakat. Masalah mulai timbul ketika para pengawas melakukan pelanggaran hukum.

“Siapa yang menjadi pengawas dari para pengawas?” pertanyaan seperti itulah yang akan muncul di masyarakat.

Di Indonesia, seleksi untuk masuk menjadi kelompok “para pengawas” sudah bagus. Itu dapat sedikit melegakan masyarakat karena dengan demikian paling tidak ada jaminan bahwa bibit yang masuk sudah bagus.

Peningkatan sistem pengawasan untuk “para pengawas” yang perlu ditingkatkan. Itu bisa dilakukan dengan mengadakan temu publik untuk berbagi keluhan tentang perilaku para pengawas. Dengan ditingkatkannya sistem pengawasan untuk para pengawas, mendapat kepercayaan publik untuk mengawasi adalah hal yang akan didapat oleh para pengawas.

Jika tidak, kata-kata Enshei Takado dapat dijadikan ungkapan untuk menggambarkan carut-marutnya sistem pengawasan dari para pengawas di Indonesia. Logika sederhananya, para pengawas tidak ada yang mengawasi. Lantas, jika terjadi penyimpangan siapa yang dapat meluruskan para pengawas?

Post Author: humas admin

Leave a Reply

Your email address will not be published.