NGOPI BARENG AHMAD TOHARI

Oleh : Yohanna Nirmalasari  

Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang (yohannanirmala@yahoo.co.id; bersumber
http://surabaya.tribunnews.com/2013/04/25/ngopi-bareng-achmad-tohari)

Selasa (23/4/2013) siang yang terik, tak mengurangi kegayengan ngopi bersama sastrawan Ahmad Tohari di lab drama Universitas Negeri Malang (UM). Ngopi siang itu merupakan serangkaian acara Malam Pujangga yang diadakan Himpunan Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UM. 

Tak sekadar ngopi, Ahmad Tohari juga menularkan ilmunya, salah satunya mengupas latar belakang pembuatan cerpen Senyum Karyamin yang pernah di Kompas (1979). Senyum Karyamin, lanjutnya, merupakan kritik untuk pemerintah era itu yang yang mengumpulkan dana dari masyarakatnya untuk membantu korban kelaparan di Etiopia. Bagi Ahmad Tohari, itu situasi konyol, karena rakyat Indonesia banyak yang kelaparan tetapi malah membantu rakyat negara lain yang kelaparan.

Tak hanya Senyum Karyamin, Ahmad Tohari juga menulis sejulah karya apik lain beraliran realisme sosial, di antaranya Bekisar Merah, Ronggeng Dukuh Paruk, Orang-Orang Proyek. Kekuatan Ahmad Tohari adalah kemampuannya mendeskripsikan setting sedemikian detail. Hal itu karena Tohari melakukan observasi sehingga karya yang dihasilkannya nampak benar-benar hidup. 

Membaca karya Tohari, terasa mudah mengunyah setiap kalimat yang ditulisnya dalam kemasan sederhana. Tohari pun berbagi tips berbahasa yang tak membuat pembaca bingung. Antara lain memberi batasan delapan hingga 10 kata saat membuat kalimat, perbanyak kosakata, miliki rasa dalam berbahasa. Dengan tips tersebut, kalimat yang dibuat akan tetap tampak anggun dan mudah dipahami.

“Sastra itu penting, hidup tanpa sastra bisa rusak karena tugas kesusastraan ialah menanamkan sekian banyak nilai. Sastra yang baik ialah sastra yang memiliki banyak nilai hidup,” Tohari mengingatkan. Jika ingin menjadi penulis, lanjutnya, tanamkan dalam benak bahwa kita bisa menjadi penulis. Modal yang harus dimiliki penulis ialah banyak membaca dan membiasakan diri menulis, karena itulah proses menulis.

Kebiasaan menulis mampu melahirkan banyak gagasan-gagasan baru. Alangkah mudahnya menulis jika sudah terbiasa, jadilah orang-orang yang bersemangat dan jangan pernah puas jika sudah berhasil menulis, pungkas Ahmad Tohari tepat di pukul 15.00 WIB.

(Pemuatan artikel ini atas izin penulisnya via e-mail)

Post Author: humas admin