REMBULAN TERSENYUM DI LANGIT MELONGOANE
(Bagian Ke-12)
Oleh: Djoko Rahardjo*
Malang tak dapat ditolak! Untung tak dapat diraih! Bahwa setiap manusia tidak pernah tahu tentang ajalnya. Hanya Allah swt. yang Maha Tahu atas segala rahasia kehidupan yang ada jagat raya ini. Siapun kita? Setinggi apa pun ilmu dan jabatan kita! Sebanyak apa pun harta kita! Pastilah tidak pernah tahu! Kapan? Dimana? Dalam keadaan bagaimana? Ketika malaikat pencabut nyawa datang mengambil ruh dari jasad kita…. |
Di tengah-tengah ketakutan….. Di antara pergulatan antara hidup dan mati….Terbayanglah wajah Prof. Sudomo, Guru Besar FIP IKIP Malang/UM, Asisten Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat RI di Era Orde Baru. Jika beliau masih hidup, dimanakah tempat tinggalnya? Bila beliau sudah wafat, dimanakah kuburnya? Ternyata…, sampai dengan hari ini, tidak seorangpun yang tahu. Tragedi terbaliknya speed boat yang dinaiki oleh Prof. Sudomo di perairan Pulau Komodo, NTT beberapa puluh tahun yang lalu, masih menyisakan mesteri bagi Keluarga Besar Universitas Negeri Malang. |
“Pak…! Speed boat ini kelebihan muatan! Orangnya harus dikurangi!” Kata pengemudi speed boat. |
“Mati aku!” Begitulah jeritan hati Sersan Djoko. |
Kebetulan posisi Sersan Djoko berada di tempat duduk yang paling pinggir. Dialah orang yang paling memungkinkan untuk diterjunkan ke laut. Padahal di dalam speed boat tidak ada alat pelampung, dan juga tidak ada barang atau benda yang dapat dipakai sebagai pelampung. Sementara itu, Sersan Djoko semenjak lulus dari SMA Tahun 1977, sudah tidak pernah berenang lagi. Bagaimana dengan nasib Sersan Djoko? Ikutilah kisah berikutnya! |
BERSAMBUNG …
Melongoane –Talaud – Sulut, 3 Oktober 2012
*) Djoko Rahardjo, Staf Subbag Sarana Akademik BAKPIK UM
Comments are closed.