Tiga Cerpenku Dituduh Plagiat

CATATAN REDAKSI: KARYA TULIS INI DIBUAT OLEH WARGA UM DAN DITERBITKAN OLEH HARIAN SURYA.

Plagiarisme jadi bahasan berhari-hari di hampir semua media massa umum karena kasus Prof Anak Agung Banyu Perwita, dosen Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. Lalu, apa yang dimaksud plagiarisme itu? Saya punya tiga contoh yang sekaligus pengalaman pribadi saya dan cocok buat ilustrasi masalah plagiarisme.

Cerita pendek (cerpen) saya di majalah sastra Horison bulan Juli 2007 dengan judul Cinta dan Prasasti mendapat tuduhan sebagai hasil plagiat. Sebuah komentar lewat surat elektronik berkata, alurnya mirip cerpen Lelaki yang Memandang Jauh karya Yus R Ismail. Ada juga yang bilang nama tokoh Cinta di situ menjiplak dari film remaja Ada Apa dengan Cinta. Seorang rekan bilang, saya menjiplak renungan penyejuk hati dari AA Gym.

Cerpen saya lainnya, Sahabat Hati, di majalah Horison bulan Agustus 2007 juga mendapat tuduhan yang sama. Ada yang komentar, frase Sahabat Hati sangat mirip sekali dengan Sandaran Hati, sebuah lagu karya Band Letto. Ada pula yang berkomentar, saya menjiplak lagu Kokoronotomo, terjemahan bebasnya adalah Teman di Hati, lagu Jepang yang amat populer di Indonesia tahun 80-an. Bahkan, ada yang bilang, banyak adegan mirip dengan cerpen karya Lan Fang berjudul Aku dan Perempuan Anganku.

Cerpen saya lainnya lagi, Berjalan di Atas Kenangan di Horison bulan Juli 2008 mendapat cercaan yang sama. Banyak yang bilang, saya menjiplak judul novel yang kemudian difilmkan, A Walk to Remember karya Nicholas Spark. Bahkan ada seorang kawan bilang, cerita cerpen itu memiliki kesamaan dengan Gita Cinta dari SMA karya Eddy D Iskandar, dan Siti Nurbaya karya Marah Rusli.

Dapatkah saya sebagai penulis yang memiliki kemiripan karya dengan orang lain dikatakan melakukan plagiasi? Apakah nama, alur dan adegan yang sama dapat dimasukkan sebagai kategori plagiarisme? Lalu apa bedanya dengan terinspirasi? Bukankah kadangkala seorang penulis mengaku terinspirasi dari karya orang lain?

Kadang kala, film-film box office memilki alur yang sama. Misalnya, film Avatar yang berlatar planet Pandora dengan film The Last Samurai yang bersetting di Jepang era Restorasi Meiji. Keduanya memiliki alur cerita yang hampir sama.

Masalah nama mirip bukanlah plagiasi. Yang saya ambil adalah suatu hal yang universal. Kemiripan judul juga merupakan hal biasa. Belum tentu judul sama itu menjiplak karya orang lain. Ada pepatah kuno, tidak ada sesuatu yang baru di bawah matahari.

Sastrawan Taufiq Ismail di Gedung Sasana Budaya Universitas Negeri Malang, pertengahan 2008, berkata, saya parafrasekan ulang kalimatnya, penulis adalah pembaca jenius yang haus membaca karya sastra.

Sebuah ayat yang cukup terkenal dalam sebuah kitab suci menyatakan, segala sesuatunya datang dari Tuhan yang Maha Esa. Dan Brown dalam novelnya yang terbaru, The Lost Symbol pada bagian akhir berpendapat bahwa Tuhan adalah konstanta yang universal.

Pertanyaannya sekarang, sudahkah kita memiliki aturan undang-undang yang terperinci mengenai plagiarisme karya? Leus Deo, terpujilah Tuhan, sumber mata air inspirasi bagi manusia, untuk terus berkarya setelah menyelesaikan karya yang sebelumnya

http://www.surya.co.id/2010/02/19/tiga-cerpenku-dituduh-plagiat.html

Ferril Irham Muzaki

Mahasiswa Sastra Inggris, Universitas Negeri Malang

ferril_im@yahoo.com

Post Author: humas admin

Leave a Reply

Your email address will not be published.