Mahasiswa UM membangun Desa Wisata: Menikmati segelas Kopi dan Sejarahnya di Desa Wisata Sumberdem Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang

I Wayan Dasna

LP3 Universitas Negeri Malang

Perjalanan melintasi desa-desa dari Kampus Universitas Negeri Malang (UM) ke Sumberdem, Wonosari Kabupaten Malang,  tidak terasa lama walaupun kami sempat berbeda pendapat dengan googlemap untuk mencari jalan terdekat. Hamparan hijau sepanjang perjalanan dengan udara segar penuh oksigen menambah rasa ingin tahu saya tentang di mana Desa Sumberdem itu. Setelah melewati situs wisata rohani Gunung Kawi kami menelusuri desa-desa yang hijau dengan pemandangan yang indah. Desa-desa yang makmur dan subur. Saya baru pertama kali ke desa itu padahal menurut catatan di sekretariat desa, kebun kopi di desa itu sudah mulai tahun 1832. Artinya, orang Belanda sudah sampai di Sumberdem pada lebih dari dua abad yang lalu sedangkan saya baru kali ini. Mungkin juga Anda bertanya, di mana desa itu. Oleh sebab itu, sangat baik bagi kita untuk mengenal desa-desa di sekitar kita apalagi yang mempunyai potensi dan prospek baik untuk dikembangkan.

Tanaman kopi yang subur disepanjang jalan Desa Sumberdem. Kopi dan sejarah kopi di Sumberdem dikembangkan menjadi wisata kopiRektor UM, Prof. Dr. AH. Rofi’uddin, M.Pd. memberikan arahan akan pentingnya rencana pengembangan desa selama 5 tahun agar dapat sinergi dengan kegiatan membangun desa mahasiswa dari semester ke semester

Memasuki wilayang kecamatan Wonosari sudah tampak kelompok-kelompok kegiatan desa seperti kampung rosella, peternakan kambing dan sapi, dan kemudian hamparan kebun kopi di sepanjang jalan. Desa-desa yang banyak potensi untuk dikembangkan menjadi lebih maju, sebagaimana semboyan ‘membangun dari desa’. Sampai di Sumberdem, kami disambut oleh tatanan desa yang asri, infrastruktur jalan yang baik, dan lingkungan yang tertata. Kebun-kebun kopi di sepanjang jalan menghiasi keindahannya.

Sebanyak 14 mahasiswa Universitas Negeri Malang dari berbagai jurusan berada di sana selama hampir 17 minggu untuk mengikuti salah satu bentuk kegiatan pembelajaran (BKP) merdeka belajar kampus merdeka (MBKM) membangun desa. Mahasiswa melaksanakan kuliah kerja nyata tematik ‘desa wisata’ dibimbing oleh Ibu Dr. Retno Wulandari, S.T., M.T. Para mahasiswa memilih potensi kopi yang telah ada di sana sejak 1832 untuk menarik wisatawan berkunjung ke desa itu. Kopi memang menjadi andalan desa itu, tinggal mengemas apa yang dapat dinikmati oleh pengunjung selain minum kopi?

Desa Sumberdem merupakan salah satu desa binaan UM dimana mahasiswa melaksanakan kegiatan membangun desa. Program ini merupakan salah satu MBKM mandiri UM yang dikoordinasikan oleh LP2M melalui Pusat Pengembangan Sumberdaya Wilayah dan Kuliah kerja Nyata yang dikomandani Bapak Dr. Agung Winarno. Saya mewakili LP3 UM ikut bergabung agar mengetahui bagaimana implementasi BKP MBKM membangun Desa. Ketika sampai di tempat acara, Pak Agung sudah dikenal oleh warga desa seperti “Pak Lurahnya sendiri”. Kami sampai dengan rombongan cukup besar mulai dari Pak Rektor, Staf Ahli WR1, para kapus-kapus dan staf di LP2M selain ketua LP3 dan Ketua LP2M.

Mengikuti apa saja yang dikerjakan oleh mahasiswa UM yang sedang melaksanakan kegiatan membangun desa tidak kalah menariknya dengan mengikuti kuliah di kampus. Mereka mengkonversi kegiatan di desa tersebut dengan 20 sks matakuliahnya yang diambil pada semester ini. Di samping mengedukasi masyarakat, mahasiswa bersama para dosen pembimbingnya membantu masyarakat memecahkan masalah-masalah sekitar kopi di desa tersebut. Mulai dari bagaimana mengupas kopi, menggoreng kopi, mengemas kopi, menghidangkan kopi, dan akhirnya menjadikan desa itu wisata kopi. Kegiatan belajar di desa tersebut sangat kontekstual dan akan dapat memberikan pengalaman belajar yang kaya kepada mahasiswa untuk memecahkan masalah riil di masyarakat. Itulah hakekat MBKM dimana mahasiswa dihadapkan pada masalah nyata dan mereka mencari solusi pemecahan (nyata)nya. Mahasiswa yang terdiri atas berbagai prodi saling bersinergi mencari solusi dan melaksanakan program bersama.

Ketika kami didemontrasikan alat sederhana untuk roasting kopi yang terdiri dari silinder dengan pemutar konvensional, ternyata alat itu hasil kajian para dosen dan mahasiswa untuk matakuliah perancangan mesin. Bu Retno menginformasikan berapa kalor yang diperlukan dan berapa panas di dalam silinder telah dihitung untuk memperoleh hasil roasting biji kopi yang rasanya enak. Bahkan saat ini juga dilakukan penelitian dengan membandingkan berbagai metode roasting seperti dengan wadah tanah liat (gerabah), wadah keramik, dan wadah penggorengan sehingga diketahui variabel-variabel yang berpengaruh. Mengikuti kegiatan tersebut mirip dengan kuliah di lingkungan riil dan langsung menukik pada masalah nyata yang dihadapi masyakat. Itulah hakekat belajar berbasis kehidupan sebagaimana pendekatan pembelajaran yang digunakan pada kurikulum S1 UM. Kasus-kasus nyata harus dapat dibawa ke kelas untuk dicarikan solusi dan pemecahannya.

Segelas kopi Robusta atau Arabika sama nikmatnyaLingkungan desa yang asri dan udara yang segara nyaman untuk refreshing

Mewujudkan desa wisata

Saya tidak punya keahlian mengembangkan kawasan wisata walau saya lahir di daerah wisata, Bali. Namun, menurut saya,  untuk menarik masyarakat datang berkunjung ke suatu desa wisata ada beberapa hal yang perlu diupayakan seperti: keberadaan lingkungan menarik dan kekhasan yang dapat dilihat, ada even-even wisata di desa tersebut, ada masyarakat yang sadar wisata (edukasi), dan ada support transportasi dan akomodasi yang memadai.  

Disamping minum kopi, agar menjadi daya tarik pada desa wisata yang dikunjungi harus ada tempat-temapat menarik dikunjungi. Kalau melihat kebun kopi atau melihat proses pengolahan kopi mungkin satu evan, yang akan selesai dalam beberapa jam, setelah itu apa lagi yang akan dapat dikunjungi dan dilihat? Sehingga perlu ditunjang dengan tempat-tempat yang menarik. Misalnya ada tanaman kopi yang paling tua di desa tersebut dan dibuatkan narasi sejarahnya, mungkin juga ada peninggalan perkebunan yang sejak 1832, tempat outbond, dan sejenisnya. Wisata tersebut harus disupport oleh lingkungan lain selaian minum kopi. Konsep wisata kopi harus dikaji dari perspektif kebutuhan para wisatawan yang akan berkunjung. Tidak mungkin orang datang hanya untuk melihat kebun kopi dan minim kopi, perlu ada even yang menarik dilihat agar pengunjung bisa betah di sana paling tidak sehari, kalau bisa lebih dari sehari.

Selain tempat-tempat yang disebutkan di atas, sangat penting ada even-even yang menarik orang datang ke desa tersebut. Ada agenda bulanan atau tahunan yang dipromosikan secara massive seperti bazaar kopi, petik kopi, atau lomba meracik kopi. Even-even itu dapat dilombakan sehingga orang yang datang dengan pendukungnya akan mengenal desa Sumberdem. Even-even itu harus dapat mendatangkan orang lain. Pada perancangan desa wisata itu, perlu direncanakan even-even yang menarik dan bekerjasama dengan pemandu wisata, para pengusaha wisata, atau hotel-hotel yang punya tamu rutin. Dengan demikian, orang akan datang untuk melihat even sambil berkunjung dan minum kopi.

Dua hal penting yang juga perlu disiapkan adalah kesiapan masyarakat menerima orang luar datang ke desa tersebut. Bagaimana masyarakat dapat menerima para tamu dengan ramah sehingga para tourist itu terkesan dengan budaya yang ada. Daerah-daerah wisata tertentu yang mengesakna adalah keramahtamahan penduduk yang ada. Oleh sebab itu, pengembangan desa wisata ini harus menyeluruh tidak hanya segelintir orang di desa tetapi menjadi kesepakatan seluruh masyarakat desa, Kenyamanan, keamanan, dan perasaan diterima masyarakat sangat menentukan para wisatawan datang lebih dari satu kali atau merekomendasi orang lain untuk berkunjung.

Saya melihat juga belum banyak penunjang wisata di desa tersebut. Selain tempat singgah/menginap perlu ada warung-warung, suvenir center, atau tempat parkir kendaraan, atau alat transportasi wisata seperti sepeda. Penunjang itu juga penting karena masyarakat wisata domestik biasanya lebih suka ke tempat souvenir setelah jalan-jalan. Tentu saja ada café khas Sumberdem yang menyajukan kopi paling enak perlu ada. Untuk ini perlu edukasi dan pengalaman mengelola tempat usaha dan wisata. Perlu racikan kopi kekinian selain kopi hitam dan kopi manis yang biasa disajikan.

Launching Desa Sumberdem sebagai desa wisata kopi merupakan satu langkah maju yang dikerjakan bersama mahasiswa MBKM Universitas Negeri Malang. Tentu saja, masih banyak hal yang perlu disiapkan dan dikerjakan ke depan agar desa binaan UM ini benar-benar terwujud sebagai desa wisata. Bila hal itu dapat dicapai maka UM akan dekat di hati masyarakat dengan kerja nyatanya. Sebagaimana saran pada sambutan Pak Rektor, perlu dibuat perencanaan dalam jangka waktu pendek dan menengah yang mendeskripsikan program-program yang harus dikembangkan. Jika desa itu terus digunakan sebagai tempat MBKM maka akan terjadi pendampingan dan pembangunan yang berkelanjutan. Mungkin dalam berapa tahun ke depan akan dapat terwujud desa wisata Sumberdem. Untuk itu, diperlukan kerjasama yang sinergi antara UM yang akan mengirimkan mahasiswa dan tenaga ahlinya (dosen pembimbing), perangkat desa, perangkat kecamatan, dan bahkan juga dari kabupaten. Perlu kajian dan pengembangan program sehingga cita-cita masyarakat Sumberdem dapat menajdi kenyataan.

Pada hari kunjungan itu saya mencicipi beberapa gelas kopi baik yang arabika, robusta, atau kopi dingin hasil fermentasi. Tinggal membuat aneka racikan kopi seperti café-café yang ada di kota Malang. Tentu akan berbeda rasa dan suasana jika minum kopi di Sumberdem karena ketika minum kopi dilengkapi dengan cerita sejarah perkebunan kopi sejak 1832 di sana, cerita tentang keindahan, cerita tentang keramahtamahan. Sajian pisang godong dan ketela rebus, dan puhung goreng yang gurih membuat saya dan teman-teman lupa waktu bahwa kami sudah setengah hari lewat di sana. Rasanya masih tetap pagi walau ada terik matahari karena udaranya yang sejuk. 

Kunjungan kami ke Desa Sumberdem membawa cerita kepada kolega-kolega kami di group WA, tentu ada yang akan tertarik datang berkunjung. Kami tulis di sini agar para mahasiswa yang akan mengambil BKM MBKM membangun desa lebih banyak yang tertarik ke sana. Desa yang indah dan penuh keramahan. Ranting-ranting pohon kopi terus melambai-lambai ditiup angin ketika kami beranjak menjauhi desa tapi sepanjang perjalanan cerita kami tentang Sumberdem belum habis ketika kami sudah sampai di kampus lagi. Semoga lain kali kami dapat berkunjung lagi.

Malang, 12-12-2021



Post Author: humas admin