MEMAKNAI KETIDAKPASTIAN

Kalau seseorang berkata ”pasti” berarti ia sudah merasa yakin kalau masa ke-depannya akan seperti apa yang dikehendaki, begitu juga dalam bersosialisasi dengan masyarakat ,promosinyapun sama ia akan berbuat yang terbaik terhadap sesamanya bahkan di tempat kerjapun ia pasti sanggup untuk mematuhi kebijakan yang dicanangkan oleh pimpinannya, tiada sesuatu yang bisa dianggap menyulitkan melainkan pasti dibuatnya beres “no problem” dan bila ditanya tentang bagaimana interaksinya dengan Tuhan? iapun mengatakan dengan pasti akan mampu melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab terhadap amanahNya…asyiik. Kalau kita bukan orang ateis tentu akan mengatakan bahwa yang berhak mengatakan ”pasti” hanyalah penguasa alam ini, misalnya “semua mahluk hidup pasti akan mati” sedangkan kematian itupun ada pada kerahasiaan Nya dan tak seorangpun bisa mengetahuinya, tapi bila seseorang berbicara ke-tidakpastian barulah ramai bila dipakai sebagai bahasan sebab banyak orang masih dibuat bingung oleh ke-tidakpastian, ibarat remangnya bayang bayang di gelapnya malam dan sebenarnyalah manusia itu tidak bisa mengetahui atau meramal masa depannya karena manusia tidak dapat memahami bagian bagian temporal dalam hidup secara keseluruhan, memastikan dan memudahkan permasalahan pada saat ini sangat marak ditengah masyarakat seakan bisa menjawab hari esok yang belum dijalani, zaman sekarang apapun bisa dijual diantaranya adalah menjual janji bahkan mahluk astralpun mahal tapi laris juga dipasaran…nah yang enak diperhatikan adalah dalam hal utang piutang, mungkin karena terdesak oleh kebutuhan seringkali yang diucapkan tak sesuai dengan aqadnya, jadi ketidak pastian merupakan ujian dan pilihan maka disinilah letak perjuangan manusia. dan bagi orang yang memahami ketidak pastiannya tentu akan menyikapi serara kritis fenomena yang dialami dalam kehidupannya sehingga ia bisa menata pola fikir lalu dipadu dengan waktu dan dikemas dalam bentuk program kemudian ia ceburkan diri berkubang bersama cita citanya, sedang keyakinan yang kuat telah menuntunnya untuk selalu optimis sampai datangnya cahaya pencerahan atas usaha dan pertolonganNya . Nabi saw sendiri sangat menyukai orang orang yang mau bekerja keras,oleh karena itu beliau pernah mengajarkan kepada sahabatnya Abu Dzar,
Kata Nabi saw begini, “Jaddis safiinata fa innal bahro ‘amiiq”…..pugarlah kapalmu karena lautnya dalam…ini menunjukkan bahwa manusia perlu memperbaiki diri, manusia dituntut memperbaiki fikrah dan niatnya dan manusia dituntut untuk membentengi lahir dan batinnya dengan ilmu pengetahuan yang telah dicapainya baik melalui pendidikan formal maupun laduni agar ketika berada ditengah bahtera hidup takkan mudah oleng oleh goncangannya kalau kata Joseph Gaal,bahwa pusat pikiran dan perasaan itu berada di otak bukan di hati bukan pula di jantung, jadi benturan benturan karang dan badai bila datang melanda maka tidak membuatnya lari tunggang langgang ke dukun tapi justru logikanya akan bergerak reflek bangkit memunculkan ide ide kreatif yang tak terduga dan bisa membantu memberikan solusi padanya
Lalu beliau melanjutkan, ”wakhudzizzaada kaamilan fa innassafaro ba’iid”…bawalah bekal sempurna karena perjalanan jauh….ini menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan perjalanan jauh adalah perjalanan menuju akhirat dan sudah kita maklumi bahwa negeri akhiratlah batas akhir dari perjalanan hidup dan disana pula setiap individu akan mendapat jawaban pasti dari semua peristiwa hidup yang dulu dijalani penuh ketidak pastian dan disana pula tempatnya suara riuh rendah, dari ungkapan sesal tiada tara,bahagia dan nestapa (keterangan buku agama) dan yang dimaksud bekal sempurna adalah menjalankan yang diperintahkan dan menjauhi yang dilarangNya
Kata beliau berikutnya,”wakhoffifil khimla fa innal’aqobata ka’uud”…peringanlah beban karena rintangan rintangannya berat sekali…nah ini menunjukkan bahwa orang orang yang didunia dahulu mampu keluar dari belenggu ketidak pastian dan menjadikannya sebagai orang yang sukses atas izinNya, tapi anugerah yang melimpah itu masih berlanjut dengan puncak rintangannya yaitu konsekuensi dari pemberianNya……dengan ilmunya, dengan harta atau kedudukannya sudahkah dimanfaatkan untuk keselamatannya di akhirat? semoga

Post Author: humas admin

Leave a Reply

Your email address will not be published.